Oleh Halijah Paduppai, S.Pd.
Kota parepare adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Di awal perkembangannya kota Parepare dahulunya merupakan semak belukar, permukaan tanah yang agak miring dan ditumbuhi rumput liar. Parepare berada di posisi tengah dari beberapa kabupaten yaitu Barru, Sidrap, Pinrang, Enrekang yang dikenal dengan Ajattapareng. Berdasar dari sejarah terbentuknya kota Parepare, daerah ini memiliki posisi strategis sebagai pelabuhan. Seiring berjalannya waktu, Parepare pun dikenal sebagai kota Bandar Madani.
Kota Parepare, selain terkenal sebagai kota Madani, juga lekat dengan julukan Kota Kelahiran Presiden Ketiga, Prof. Ir. Bj. Habibie. Bapak walikota DR. H. Muh. Taufan Pawe, S.H., M.H. menjadikan Bapak Habibie sebagai sumber inspirasi dan memunculkan ide brilian yang higga saat ini menjadikan kota Parepare makin dikenal diluar Pulau Sulawesi. Sebut saja, pembangunan Monumen Cinta Habibie Ainun di Lapangan Andi Makkasau, banyak menarik perhatian masyarakat atau pun wisatawan yang datang berfoto- foto di sana. Hal tersebut menambah penghasilan masyarakat sekitar dan juga menambah pundi-pundi pendapatan Kota Parepare.
Di periode kedua terpilihnya Bapak Taufan Pawe sebagai walikota, beliau menyampaikan Visi Misi Kota Parepare untuk lima tahun ke depan (Tahun 2018 – 2023) yaitu menjadikan Kota Parepare sebagai Kota Industri Tanpa Cerobong Asap Yang Berwawasan Hak Dasar dan Pelayanan Dasar menuju Kota Maju, Mandiri, dan Berkarakter. (Pemkot Parepare, 2019, https://bacapesan.com/2019/01/09/buka-musrenbang-rpjmd-walikota-paparkan-visi-misi-pembangunan-2018-2023/, 23 Agustus 2019).
Selain Visi Misi tersebut di atas Wali Kota Parepare juga mencanangkan sebuah teori yang diprakarsai sendiri yaitu Teori Telapak Kaki. Wali Kota Parepare, DR. H. Muh. Taufan Pawe, S.H., M.H. menyatakan
“Parepare tidak punya sumber daya alam memadai, namun dengan teori telapak kaki mampu tingkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka sumber ekonomi baru " (Mulyadi, 2019, https://makassar.tribunnews.com/2019/06/19/taufan-pawe-raih-penghargaan-stie-nobel-karena-teori-telapak-kaki, 22 Agustus 2019).
Sekretaris Daerah (Sekda) Parepare Iwan Assad menjelaskan Teori telapak kaki merupakan konsep yang diusung Pemkot Parepare guna menunjang meningkatnya sektor perekonomian. Tidak adanya Sumber Daya Alam (SDA) Parepare, menjadikan Pemkot Parepare manfaatkan potensi lain dengan menggenjot orang datang di Parepare melalui konsep teori telapak kaki, beliau juga menambahkan event wisata di Parepare harus diperbanyak yang bisa menarik wisatawan dari luar. (Mulyadi, 2019, https://makassar.tribunnews.com/2019/06/20/genjot-pariwisata-disporapar-parepare-tata-kelola-pemandu-wisata, 23 Agustus 2019).
Berdasar dari teori telapak kaki yang diprakarsai oleh bapak walikota Parepare, maka salah satu upaya untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung di kota Parepare dengan seringnya mengadakan event-event bulanan ataupun tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah kota bekerjasama dengan para pelaku bisnis dan masyarakat kota Parepare. Salah satu event yang menjadi usulan penulis adalah “Event Halal Parepare”
Teori telapak kaki yang di prakarsai oleh walikota Parepare Bapak Taufan Pawe menjelaskan tentang pengaruh telapak kaki BJ. Habibie, yang mengundang telapak-telapak kaki yang lain untuk datang ke kota Parepare. Telapak kaki pada hakikatnya diartikan sebagai pijakan kaki. Secara umum dapat diartikan sebagai kehadiran seseorang di daerah tertentu dengan meninggalkan jejak.
Berikut pemaparan Wali Kota Parepare, DR. H. Muh. Taufan Pawe, S.H., M.H. mengenai Teori Telapak Kaki, yang penulis kutip dari beberapa situs website :
Wali Kota Parepare M Taufan Pawe mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang dipimpinnya dengan menggagas teori pembangunan 'Telapak Kaki'.
Pembangunan dengan teori yang dinilai cukup unik itu bermakna, menarik kunjungan masyarakat, baik untuk berwisata maupun untuk tujuan lainnya seperti pendidikan.
Olehnya itu, jelas Taufan, pembangunan 'Telapak Kaki' ini digerakkan melalui pembangunan secara multi sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, pariwisata, infrastruktur, lingkungan, hingga sosial budaya (Sitti Hamdana. R, 2019, https://sulawesi.bisnis.com/read/20190620/540/935875/parepare-gagas-ekonomi-berdasar-teori-telapk-kaki, 20 Juni 2019).
“Parepare tidak mempunyai sumber daya alam, tidak ada industri bahkan sektor pertanian Parepare sangat kecil. Tapi dengan banyaknya telapak kaki yg masuk di Parepare, akan menimbulkan Multiplier Efect,” ujar Taufan, (Muh. Aris, 2019, https://panrita.news/2019/07/14/bukti-teori-telapak-kaki-taufan-pawe-kota-parepare-bertabur-event/, 14 Juli 2019)
“Parepare tidak punya sumber daya alam memadai, namun dengan teori telapak kaki mampu tingkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka sumber ekonomi baru " (Mulyadi, 2019, https://makassar.tribunnews.com/2019/06/19/taufan-pawe-raih-penghargaan-stie-nobel-karena-teori-telapak-kaki, 22 Agustus 2019).
Dari pemaparan walikota di beberapa situs di atas, dapat dikatakan Teori Telapak Kaki merupakan gagasan sistematis walikota Parepare dalam membangun dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta membuka sumber ekonomi baru dengan memaksimalkan potensi daerah yang ada di Kota Parepare.
Tentu bukan lagi rahasia umum, begitu banyak infrastruktur yang telah beliau hadirkan di kota Parepare yang memberikan dampak ekonomi terhadap kota Parepare, seperti Kebun Raya Jompie, Taman Mattiro Tasi, Jembatan Tonrangeng River Side. Dua infrastruktur yang terakhir sementara berada pada masa pemantauan kembali. Infrakstruktur tersebut merupakan Rs. dr. Asri Ainun dan Institute Teknologi Habibie (ITH). Selain itu, event-event tahunan yang menjadi agenda tahunan kota Parepare seperti Parepare Fair, Festiva Salo Karajae, Festival Mallipa dan event-event lainnya telah terbukti dapat menarik minat wisatawan dari luar kota Parepare untuk datang berkunjung di Kota Parepare.
Dari pengertian dan batasan Teori Telapak Kaki yang dipaparkan sebelumnya yaitu mengundang telapak-telapak kaki yang lain untuk datang ke kota Parepare, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan luar ke Kota Parepare. Salah satunya adalah menyelenggarakan Event Halal Parepare.
Event Halal Parepare merupakan salah satu kontribusi dalam mensosialisasikan program wisata halal, yang sebelumnya pernah digelar pada 10-25 Mei 2019 di Monumen Mandala Makassar. Event halal yang bertajuk Sultan Halal Fest dilaksanakan bertepatan dengan bulan Ramadhan. Merujuk pada data penduduk kota Parepare yang mayoritas muslim dan juga dikenal sebagai salah satu kota Santri, maka untuk membumikan wisata halal maka penulis berharap pemerintah Parepare merealisasikan kegiatan Event Halal Parepare ini. Event Halal Parepare secara tidak langsung mengajak masyarakat khususnya kota Parepare lebih paham akan wisata dan produk-produk halal.
Beragam item kegiatan dapat mengisi Event Halal Parepare, misalnya saja festival kuliner halal dari sejumlah pelaku UMKM, talkshow halal lifestyle, fashion show muslimah, halal travel, sosialisasi sertifikasi halal, gerakan sadar halal dan dapat juga mengadakan acara tabligh akbar dengan mengundang nara sumber serta pameran-pameran dari pelaku bisnis syariah yang ada di kota Parepare.
Upaya penyelenggaraan Event Halal Parepare diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat milineal saat ini, khususnya di kota Parepare untuk bersama-sama mengenali dan menyadari produk halal. Selain itu, kegiatan ini berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kota Parepare. Event Halal Parepare merupakan upaya dari tercapainya visi misi kota Parepare menjadi Kota Industri Tanpa Cerobong Asap dengan teori Telapak Kaki di kota kelahiran Bj. Habibie. Kota Parepare tidak lagi menjadi kota transit akan tetapi menjadi kota kunjungan dengan adanya bangunan ikon-ikon dan kegiatan event-event di kota Parepare akan menjadi magnet untuk mendatangkan telapak-telapak kaki dari luar kota Parepare.(*)