Penulis : Faisal Hidayat,S.S.,S.Pd
Guru Bahasa Daerah UPT SPF SMP Negeri 9 Makassar.
Minat Baca Peserta Didik Rendah, Guru perlu strategi dan model yang jitu dalam meningkatkan minat baca dan Literasi peserta didik.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, telah banyak yang menggaungkan tentang budaya literasi diberbagai instansi, baik itu pemerintah maupun komunitas atau kelompok kelompok masyarakat. Hal ini merupakan respon terkait dengan kondisi literasi pada masyarakat Indonesia yang mulai menurun dan memprihatinkan. Olehnya itu, sudah seharusnya kampanye-kampanye tentang literasi terus digaungkan dan lebih dipermantap, agar menjadi sebuah kebiasaan positif didalam masyarakat.
Jika dianalisa jauh lebih dalam terkait, tentu kita akan mendapati banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan apabila masyarakat melek akan literasi. Seperti kebodohan yang tidak akan berujung dan terus-menerus, Hal tersebut karena rendahnya kemampuan baca seseorang sehingga mempengaruhi daya fikirnya. Selain itu, yang paling sering terjadi dalam masayarakat adalah gagalnya menyeleksi setiap informasi serta mudah termakan isu sehingga mempengaruhi perilaku berkomunikasi yang memunculkan sikap emosional dan penuh sentimen didalam masyarakat.
Tujuan utama pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cita cita ini sangat mulia dan harus sejalan dengan budaya budaya positif yang harus dibangun dalam masyarakat, khususnya bagi peserta didik dan warga sekolah. Salah satu pondasi yang harus ditata adalah budaya literasi yang harus kuat dan mengakar dilingkup warga sekolah, serta dukungan dari perangkat-perangkat ajar yang memadai.
Jika melihat kondisi yang ada saat ini, khususnya di Kota Makassar. Minat Baca peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Daerah masih rendah. Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti faktor lingkungan keluarga, model pembelajaran yang digunakan guru, maupun dari tingkat pemahaman peserta didik itu sendiri.
Selain itu, kurangnya fasilitas fasilitas yang mendukung program literasi, seperti sudut baca, maupun ketersediaan buku bacaan menjadi salah satu kendala yang dimiliki oleh satuan pendidikan, baik itu instansi lain yang berkecimpung didunia pendidikan. Belum lagi gaya hidup generasi muda saat ini, khususnya peserta didik lebih cenderung senang terhadap sesuatu yang berbau Teknologi Informatika, seperti penggunaan Handphone (Android) dalam keseharian, sehingga berdampak pada kualitas baca peserta didik menjadi menurun disebabkan dengan kebiasaan-kebiasaan menonton, bermain game, dan lain-lain ketimbang membaca.
Hal inilah kemudian menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Guru. Dalam penyelesaiannya, seorang guru perlu mencari solusi yang jitu dalam memandu minat baca peserta didik. Salah satunya adalah dengan cara menerapkan strategi pembelajaran knowledge want to learned. Dari hasil penelitian sebelumnya, strategi ini mampu memicu minat baca peserta didik dengan mudah, sehingga peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sangat cepat serta dapat menumbuhkan rasa keingintahuan dari peserta didik terkait materi pembelajaran.
Dalam strategi ini ada tiga aspek yang harus harus diketahui bahwa, strategi ini mengajarkan tujuan membaca pemahaman kepada peserta didik, menuntut peran aktif peserta didik pada sebelum, saat dan sesudah membaca. Selain itu, strategi ini juga dapat membantu peserta didik memahami informasi baru yang diterimanya saat membaca.
Banyak yang menilai bahwa, strategi pembelan ini cukup sederhana dan jelas, serta memiliki efek yang luar biasa jika diterapkan dalam pembelajaran, khususnya pada saat kegiatan membaca.
Oleh karena itu sebagai kesimpulan, alangkah baiknya guru sebelum menerapkan strategi ini, terlebih dahulu perlu memberikan assesmen awal kepada peserta didik tentang minat dan kebutuhannya. Sehingga pada saat melaksanakan pembelajaran didalas kelas, guru mampu menyesuaikan penerapkan strategi, model, media dan lain-lain khususnya pada saat penerapkan strategi Knowledge Want To Learned.