TASIKMALAYA, RAKSUL- “Naiyya riaseng paddissengeng lalo tessidapi’,” kutipan petuah masyarakat Bugis yang berarti setiap orang memiliki wawasan dan potensi masing-masing sehingga seyogianya ilmu harus dibagi kepada orang lain, demikian pula sebaliknya.
Sebagai masyarakat Bugis-Makassar, konsep falsafah yang dikenal dengan sebutan ‘pappaseng toriyolo’ ini diaplikasikan Erna Rasyid Taufan berkapasitas sebagai Pembina Family of Creative Community (FCC) saat melakukan studi tiru di Kota Bandung dan Tasikmalaya bersama rombongan FCC.
Di Tasikmalaya misalnya, saat mengunjungi pengrajin anyaman pandan, mendong, dan kulit sintesis, Erna, sapaan karib istri Taufan Pawe, Wali Kota Parepare ini mengajak rombongan memanfaatkan momen dengan baik untuk menimba dan berbagi ilmu.
Seyogianya kata Erna yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Parepare ini, ilmu harus dibagi sebab kata dia, Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 66 “Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan mereka,” kutip Dai’ah ini.
Selain belajar menganyam, Erna lalu berbaur dengan para pengrajin. Ia tak segan duduk melantai, mengambil benang wol, limbah kerang-kerangan dan mendesain sendiri tas anyaman pandan yang beli di tempat itu.
Ia pun mulai berinteraksi dengan pengrajin dan merancang sendiri hiasan aksesori tas anyaman pandan polos tersebut bertuliskan Lontara Parepare dan ditempelkan menggunakan hiasan limbah kerang.
Erna yang juga Ketua DPD II Golkar Parepare ini lalu mengajari para pengrajin dan rombogan FCC cara mendesain bertuliskan Lontara Bugis dan membuat hiasan kembang bunga mawar. Dengan telaten, Ibu dari tiga orang anak ini juga nampak mahir mejunjukkan kemahirannya melilit kain itu sehingga membentuk bunga mawar yang dapat menambah indah hiasan tas anyaman pandan.
“Wah luar biasa ibu ini (Erna Rasyid Taufan). Kalau kemarin-kemarin cara yang saya gunakan buat kembang agak lama karena harus dilem berkali-kali dulu. Kalau yang diajar Ibu ini mudah dan cepat dipraktikkan,” kata Ibu Ati, pemilik salah satu toko Sentra UMKM di Rajapolah, Tasikmalaya.
“Mengenai tulisan lontara ini jujur untuk pertama kalinya lihat dan jahit karena diajari Ibu ini (Erna Rasyid Taufan). Terima kasih loh Ibu, ini bermanfaat sekali. Jadi nanti kalau ada orang Sulawesi mau pesan lagi bisa didesainkan pakai huruf aksara Bugis kayak ini,” ulangnya penuh suka.
Studi tiru yang dilakukan dari 4 hingga 7 Januari 2022 ini menimbulkan kesan mendalam bagi para pengurus FCC. Banyak pelajaran yang mereka timba yang akan diaplikasikan di daerah mereka nantinya, baik di organisasi FCC yang diketuai Andi Oci ataupun di instansi masing-masing.
Erna Rasyid Taufan sendiri juga berkomitmen untuk mengembangkan pusat oleh-oleh Balai Ainun yang dinaungi PKK dan Dekranasda Parepare agar lebih berkembang serta menjadi pusat aktivitas bagi pengrajin limbah kerang-kerangan yang sudah menjadi ciri khas Parepare. (*)