“Jadi orang tua juga sempat tidak mendukung, apalagi saya anak satu-satu. Tapi saya tetap optimis dan disitulah jalan terbuka, saya dapat beasiswa di STITEK Nusindo, jurusan Teknik Lingkungan. Waktu dapat beasiswa tahun 2020 itu, orang tua percayami dan sekarang di dukung penuh,” ungkapnya.
Tantangan lain yang dialami Ade dan kawan-kawannya adalah melawan pengusaha yang merusak kawasan hutan mangrove Lantebung. Sekitar tahun 2020, salah satu perusahaan atas nama PT Dillah Group masuk dengan alat berat merambah mangrove yang sudah tumbuh puluhan tahun.
Ade dan kawan-kawannya kemudian melakukan perlawanan dengan cara memboikot alat berat. Selain itu upaya hukum kata dia juga ikut ditempuh, sehingga di tahun 2021 perusaahan PT Dillah Group berdasarkan putusan Mahkamah Agung (MA) didenda sebesar Rp1 miliar.
“Jadi waktu alat beratnya masuk kita sempat boikot, kita pasangi spanduk dibantu teman-teman mahasiswa. Teman-teman media juga bantu dari luar dengan pemberitaan. Kasusnya berlanjut sampau masuk persidangan, PT itu sempat ajukan banding tapi di tolak, masuk lagi di MA dan didenda Rp1 M, sekarang sudah selesai kasusnya tapi tetap kita kawal karena masih banyak ancaman ke depannya,” sebutnya.
Lanjut, anak nelayan dari pesisir utara Kota Makassar itu menceritakan, pada tahun 2021, komunitasnya mendapat support dana dari Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) sekitar Rp50 juta.
Uang puluhan juta itu kata Ade mereka dapat setelah menggelar kegiatan penghijauan beberapa kali. Salah satu kegiatan penghijauan yang tiap tahunnya mereka gelar adalah Hutan Merdeka.
“Jadi Hutan Merdeka itu kita gelar setiap bulan Agustus, sudah tiga tahun kita gelar. Atas dasar itu mungkin kita dinilai aktif makanya kita dikasi bantuan dana. Rencananya dana itu mau kita buatkan ruang baca, bank sampah, juga untuk usaha mandiri pemuda disana (Lantebung),” ungkapnya.
Pada prinsipnya kata Ade, segala usaha yang ditekuni akan membuahkan hasil. “Bagi saya hidup itu di jalani saja, apa yang kita kerjakan diseriusi, dan fokus. InsyaAllah ada jalan,” pesannya.
Saat ini, Ade mengaku, ia dan teman-temannya di komunitas aktif melaksanakan patroli di wilayah sekitar 12 hektare itu. Memantau pertumbuhan mangrove juga memantau penebangan mangrove yang belakangan ini marak terjadi.
“Sekarang kita rutin patroli karena kemarin sempat ada penebangan mangrove besar-besaran disana. Katanya mau dibangun resort,” bebernya.