Memang sudah menjadi bagian dari sejarah, bahwa HMI dan KAHMI selalu lekat dengan politik dan pemerintahan. Namun tidak harus menanggalkan karakter ideal sebagai insan cita (akademis, pencipta, pengabdi, bernafas Islam, bertanggung jawab tercipta masyarakat adil).
Terlebih lagi masih banyak agenda yang lebih prioritas. Betapa banyak yang harus diurus KAHMI dibandingkan terjebak dalam politik picisan seperti itu. Antara lain, ke dalam: menyatukan para alumni yang ada dualisme di sejumlah Cabang dan di Badko Sulselbar (sesuai Pasal 8). Ke luar: memperkuat peran hubungan baik ke Pemda atau ke lembaga Politik sebagai kelompok civil society yang diperhitungkan memberi berbagai masukan.
Tidak ketinggalan era disrupsi digital yang juga menuntut KAHMI Sulsel cekatan beradaptasi. Modenya baik dalam menjembatani para alumni yang melek IT maupun mengakselerasi perubahan yang berbasis digital di berbagai bidang di masyarakat.
Bila KAHMI lantas terjebak dalam politik picisan, sehingga abai pada tantangan yang lebih penting dan prioritas, maka bukan tidak mungkin KAHMI akan semakin hilang daya magnetnya. Semoga yang terakhir ini tidak terjadi. Akhirnya selamaat berMuswil.