PAREPARE, RAKSUL– Dompet Dhuafa melaksanakan dialog budaya dengan tema “aksara bugis ditengah kemajuan perdaban” yang dikerja samakan komunitas aksara lontara kota Parepare.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di (SBM) Setangkai Bunga Makka, Jalan H. Andi Abu Bakar, Kelurahan Ujung Sabbang, Kecamatan Ujung, Kota Parepare, Sabtu (29 januari 2022)
Ketua Dompet Dhuafa Sulawesi-Selatan Rahmat HM menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan serambi budaya aksara lontara yang masuk di program kerja Dompet Dhuafa di bidang kebudayaan.
“Tujuan dari kegiatan ini untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya Sulsel ini.”
Lanjutnya nantinya kedepan akan ada program-program tambahan lagi dari hasil dialog kebudayaan ini seperti kelas baca tulis lontara, kelas kaligrafi lontara, dan juga lomba pidato bahasa bugis lontara untuk kalangan SMP dan SMA sederajat.
Harapan kami dengan adanya kegiatan ini semoga banyak masyarakat yang berminat untuk bersama membesarkan program-program dari Dompet Dhuafa khususnya Program Serambi budaya aksara lontara ini.
Perlu di ketahui bahwa Kegiatan ini juga merupakan merupakan kegiatan peluncuran program komunitas aksara lontara.
Dalam kegiatan tersebut turut hadir sebagai pemateri Dialog tersebut, Kabid Kebudayaan Disdikbud Parepare, Mustadiran, dan Budayawan, Andi Oddang Opu To Sessungriu, juga pegiat aksara lontara, Rahmaniar yang juga Ketua Ikatan Guru Bahasa Daerah (IGBD) Kota Parepare.
Ada beberapa hal yang bisa di kutip dari narasumber atau pemateri dialog kebudayaan dengan tema “aksara bugis ditengah kemajuan perdaban” ini.
Seperti yang di katakan Andi Oddang, bahwa pelajaran bahasa daerah sangat strategis. khasanah kebudayaan bugis erat kaitan dengan nilai etika.
“Bahasa daerah sangat strategis untuk pembelajaran etika dan nilai budaya karena kebudayaan kita mengutamakan sopan santun termasuk sikap,” ujarnya.
Sedangkan Mustadirham berpendapat penggunaan bahasa daerah bisa di masukkan di papan nama jalan.
“Dulu kita punya nama jalan dengan bahasa daerah sekarang sudah tidak ada,” katanya dalam sesi diskusi.
Bahasa daerah juga merupakan identitas sebuah kota.
“Identitas kota kita banyak, termasuk aksara daerah,” ujarnya.
Selain itu, kata kabid kebudayaan itu, bahasa di ajarkan bisa di ajarkan melalui media-media modern
“Diajar pantun, pidato, puisi menggunakan bahasa daerah,” tambahnya.
Terakhir Rahmaniar, membeberkan bahwa di Indonesia terdapat 718 bahasa daerah berdasarakan peta bahasa oleh kementerian pendidikan kebudayaan, dan dari 718 bahasa daerah yang ada di dominasi bahasa daerah papua sekitar 418 bahasa. Dan dari 718 bahasa daerah hanya 12 aksara daerah yang menjadi kekayaan nusantara kita.
Maka itu ia berharap dari agenda ini masyarakat Parepare bisa melestarikan bahasa daerah dan budayanya, termasuk aksara Lontara. “Ini tantangan buat kita semua agar pada hari Aksara Internasional yang diperingati setiap 8 September sekiranya dapat pula melakukan kegiatan berbau aksara Lontara, jadi bukan hanya semata aksara latin saja,” Niar, sapaan karib guru bahasa daerah SMP 2 Parepare ini. (Yanti)