‘’DEMI MASA”. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.’’ (QS. Al-‘Asr/103: 1-3)
Judul tulisan ini terinspirasi pernyataan Gubernur Sulawesi Selatan (1983-191993), Prof. Dr. Ir. H. Achmad Amiruddin dalam buku berjudul Meneguhkan Eksistensi Alauddin: Refleksi 75 Tahun Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah. Buku ini diterbitkan perdana Mei 2010. Cetak ulang Agustus 2010.
Berselang tujuh tahun, memperhatikan saran dari Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan serta restu Rektor UIN Alauddin bersama tim editor, setelah melalui beberapa perubahan dan penambahan, buku ini diterbitkan kembali Oktober 2017 dengan judul Srikandi Pendidikan dari Timur: Perjalanan Hidup, Visi, dan Karir Andi Rasdiyanah. Alhamdulillah, atas permintaan pembaca, cetak ulang Oktober 2018.
Andi Rasdiyanah menurut Rektor Universitas Hasanuddin Makassar (1973-1982), patut dijuluki sebagai Srikandi karena kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang ilmuan yang berintegritas. Berdasarkan pertimbangan itu, maka Achmad Amiruddin ‘’pasang badan’’ meyakinkan pihak-pihak yang ketika itu menolak wanita menjadi pimpinan puncak.
Dalam kapasitasnya sebagai Gubernur, Achmad Amiruddin mengeluarkan rekomendasi agar Menteri Agama segera mengeluarkan Surat Keputusan, mengangkat Andi Rasdiyanah sebagai Rektor IAIN Alauddin. Jabatan Rektor IAIN Alauddin dijabatnya selama dua periode (1985-1996). Bahkan, tiga tahun terakhir masa tugasnya, dirangkap sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departeman Agama RI (1993-1996).
Kesuksesan Andi Rasdiyanah menjadi Wanita pertama yang menjabat rektor perguruan tinggi di Timur Indonesia, telah “membuka” jalan bagi tokoh pendidikan wanita lainnya di kawasan Timur menjadi rektor. Andi Rasdiyanah kemudian menjadi wanita pertama asal Indonesia Timur yang diberi Amanah sebagai Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Tanggal 14 Februari 1953 Andi Rasdiyanah mengawali pijakan hidupnya di alam dunia. Berarti, 14 Februari 2022 hari ini, telah menapaki awal hitungan usianya yang ke-88. Sebuah perjalanan panjang yang dihiasi beragam aktivitas yang amat berarti bagi sesama. Salah satu peran penting dalam perjalanan Panjang karier Andi Rasdiyanah adalah perannya Ibu, dalam beragam perspektif.
Kata “Ibu” dalam Kamus Besar Bahas Indonesi (KBBI) diartikan: sapaan dan panggilan takzim atau penghormatan kepada wanita yang telah dewasa; wanita yang telah bersuami; wanita yang telah melahirkan; bagian pokok, utama atau terpenting dari sesuatu.
Kata “Ibu” dapat juga dimaknai dalam perspektif yang sangat dinamis: melahirkan, menumbuhkan, mengasuh, mendidik, dan menyayangi. Makna dinamis ini telah diperankan secara maksimal oleh Andi Rasdiyanah, tak hanya dalam aspek Pendidikan sebagaimana yang selama ini lebih menonjol dan diketahui masyarakat muslim.
Mantan Ketua Umum Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, Dr. (HC.) Anregurutta H. Sanusi Baco, Lc., menyebut Andi Rasdiyanah sebagai tokoh utama ulama Wanita di tengah minimnya cendekiawan Muslimah yang memiliki penguasaan ilmu keislaman, khususnya di Sulawesi Selatan.
Pengakuan atas keluasan wawasan ilmu Andi Rasdiyanah dalam bidang keislaman juga pernah dinyatakan KH. Bakri Wahid. Menurut Pak Kyai, agak sulit mencari sosok Wanita yang menyamai kesuksesan Andi Rasdiyanah, baik ketokohannya, prestasi akademiknya, maupun kepribadiannya yang tenang, serta kesuksesnya dalam membangun kehidupan keluarga yang harmonis, tanpa mengganggu pengembangan karier akademiknya.
Pengalaman saya menjadi seorang di antara puluhan ribu anak-anak akademiknya adalah kedisiplinannya yang tidak pernah lekang, khususnya dalam menyemai ilmu. Andi Rasdiyanah disiplin dalam mengajar. Tidak pernah terlambat dalam memulai proses pembelajaran tanpa informasi, dan tidak pernah mengakhiri proses pembelajaran sebelum jadwal berakhir.
Komitmen dan keistiqamahnya terkait disiplin waktu, antara lain dapat kita renungkan dalam buku karyanya: Imajinasi Kreatif dari Langit: Antologi Puitisasi Terjemah Ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau menerjemahkan QS. Al-Asr/103: 1-3 dengan: Allah bersumpah demi masa//Sungguh manusia berada dalam kerugian//Kecuali orang-orang beriman//Mengiringi imannya dengan kegiatan beramal soleh//Disertai dengan saling menasehati//Untuk menegakkan kebenaran//Saling menasehati untuk berlaku sabar.
Menapaki usianya yang ke-88, semangat Andi Rasdiyanah merintis warisan ilmiah tidak pernah surut. Karya terbarunya berjudul ‘’Hadis Ahkam: Pemikiran Holistik dalam Kajian Tahlili’’ yang ditulis bersama seorang ‘’titisan’’ akademiknya dalam disiplin ilmu hadis, Dr. Akbar, M,Th.I., sedang proses penerbitan.
Selamat Milad Ibu Andi Rasdiyahah. Semoga selalu sehat dalam lindungan Allah swt. Senantiasa diberi kekuatan mengukir karya untuk kemaslahatan umat, bangsa, dan negara. (**)
Wallahu a’lam Bish-shawab..