MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Siapkan waktu Anda untuk ke bioskop dan bersantai di sana. Film komedi berbahasa Bugis, “Ambo Nai-Sopir Andalan” segera tayang.
Film garapan Timur Picture dan 786 Production itu bahkan sudah diputar pertama kalinya untuk wilayah Makassar dan sekitarnya, Senin, 21 Februari 2022. Pemutaran bertajuk gala premiere itu dilakukan di XXI Mal Panakkukang, Kota Makassar. Masih terbatas untuk tamu undangan.
Produser film Ambo Nai-Sopir Andalan, Sunarti Sain menuturkan, pemutaran serentak akan dilakukan di 100 layar bioskop pada 20 kota di Indonesia, mulai 24 Februari 2022 mendatang.
“Kita berharap film ini bisa menjadi pelepas dahaga keinginan masyarakat kita melihat film berbahasa Bugis diputar di bioskop,” tutur Una, sapaan akrabnya.
Meski begitu, Una juga yakin film ini diminati bahkan oleh mereka yang tak mengerti Bahasa Bugis. Sebab, tetap ada subtitle seperti pada film berbahasa asing atau bahasa daerah lainnya.
“Seorang teman di Jakarta bilang, apa bedanya dengan kita nonton Spiderman misalnya. Anda kan tahu dialognya dari subtitle juga. Benar juga sih,” timpal produser film yang juga dikenal sebagai wartawan itu.
Sejumlah tokoh hadir di Studio I bioskop tersebut. Mulai dari mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin; tokoh pers nasional Zulkifli Gani Ottoh; Dekan FTI UMI, Zakir Sabara; hingga Ketua TP-PKK Maros, Ulfiah Nur Yusuf Chaidir.
Gala Premiere Ambo Nai-Sopir Andalan sore tadi juga dihadiri bintang-bintangnya. Mulai dari Ambo Nai, Malla, Dg Nojeng, hingga pemeran utama wanita Dini Arishandy.
“Datang ki di bioskop di’. Ajak keluarga ta semua,” ucap Ambo Nai usai pemutaran film.
Sutradara film Ambo Nai-Sopir Andalan, Andi Burhamsyah menjelaskan, dari total durasi film, nyaris 90 persen percakapan menggunakan Bahasa Bugis. “Namun tetap bisa dinikmati semua kalangan penonton,” ucapnya.
Film tersebut mengambil banyak latar Kabupaten Bone. Ambo Nai diceritakan sebagai seorang sopir angkutan umum yang dipecat karena sering ugal-ugalan. Namun oleh sahabatnya, Malla, ia dibawa mendaftar pekerjaan, juga sebagai sopir, pada seorang juragan ikan.
Ambo Nai kemudian diterima bekerja. Ia mengajak Malla sebagai kernet. Namun mereka menjalani profesinya dengan penuh perjuangan. Terutama saat hendak mengantar pesanan khusus ikan ke Makassar. Bos Pirang dan anak buahnya yang juga bekerja di juragan yang sama, coba menghalangi.
“Film ini berisi pesan-pesan tentang persahabatan dan kesetiakawanan, walau dikemas dengan komedi,” tutur Burhamsyah.
Selain Bone, syuting juga mengambil lokasi di Maros, Wajo, dan Makassar. Pengambilan gambar di masing-masing wilayah coba menonjolkan keindahan pemandangannya. (*)