Semua produk galian tambang ada di sana. Sebut saja besi, migas, batubara, emas, nikel, dan intan. Kalimantan juga kaya dengan produk pertanian, seperti kopi dan sawit, sampai kepada sungai besar di Kalimantan Utara yang dapat menghasilkan PLTA. Kalimantan menyimpan energi masa depan yang indah.
Sama ketika ada yang menyebutkan Kalimantan bukan tempat yang indah. Pernyataan ini pun harus segera diklarifikasi, karena Kalimantan adalah forest of the future, sehingga disebut sebagai paru-paru dunia. Kewajiban kita menjaga Kalimantan tetap memancarkan energi hijau, energi masa depan.
Hutan-hutan Kalimantan adalah tempat yang indah, karena manusia hidup dari oksigen, dan oksigen dihasilkan dari pohon-pohon besar yang ada di hutan.
Prof. Rhenald Kasali, Ph.D., pernah mengatakan, Kalimantan adalah forest of the future, hutan masa depan yang menjanjikan keindahan.
“Ketika sebagian besar manusia bercita-cita ingin tinggal di metaverse, justru kita harus punya universe. Karena di situlah kita mendapatkan oksigen dan kehidupan. Kalimantan masih banyak pohon besar dan hutan. Hutan adalah bagian dari kehidupan, dan kita harus menjaganya,” kata Rhenald dalam channel Youtube-nya.
“Jangan melihat Kalimantan secara self centered, seakan-akan diri Anda sebagai pusat dari tata surya. Orang-orang self centered mengatakan fokusnya ada pada saya. Orang-orang self centered tahunya Indonesia berdasarkan apa yang dia lihat,” ucap Rhenald.
Bagaimana dengan warga Kalimantan? Berdasarkan literasi di kanal-kanal informasi dunia maya, disebutkan bahwa orang Kalimantan peramah, mau memahami budaya orang lain, menjaga perasaan orang lain, berempati dengan orang lain, serta semangat persaudaraannya begitu tinggi.
Nah, kembali ke topik awal. Pemindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan Timur bukan tanpa kajian, penelitian, dan konsultasi publik yang jelas. Pembahasan terkait pemindahan IKN sudah berlangsung lama.
Untuk diketahui, Jakarta dan Jawa, selalu menjadi konsentrasi pertumbuhan ekonomi, sehingga terjadi beban yang begitu luar biasa. Mengingat sekira 50 – 70 persen konsentrasi ekonomi dan pembangunan terpusat di Jakarta, Jawa dan Bali, sehingga perlu pemerataan pembangunan dan keadilan ekonomi di wilayah Timur.