Perangi Peredaran Narkotika, Kepala BNN Sulsel: Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga

  • Bagikan

Menurut dia, bandar narkoba bisa berkolaborasi bahkan sampai ke antarnegara. “Masa kami tidak bisa berkolaborasi,” imbuhnya.

Oleh sebab, kata dia, pihaknya rutin melakuan kampanye ke media-media sebagai corong informasi ke masyarakat untuk menyampaikan edukasi. Termasuk juga melakukan kampanye melalui sarana alat teknologi lainnya.

Langkah lain yang dilakukan adalah melibatkan para ilmuwan. Sebab dari padangan BNN sendiri khususnya akademisi lebih mengetahui akan permasalahan sosial. Akar masalah dari peredaran narkotika dinilai harus dikaji bersama dengan para ilmuwan. Termasuk juga saran-saran apa yang harus dilakukan BNN.

“Cara terakhir kami yakni melakukan pencegahan dengan melakukan penangkapan-penangkapan,” kata dia.

Berbicara narkotika, lanjut Ghiri, harus dibagi dalam dua hal sebab narkoba dalam bidang kedokteran, utamanya narkotika golongan dua dilegalkan. Karena biasanya digunakan sebagai analgesik atau pereda nyeri baik saat operasi, pembiusan, maupun sebagai terapi.

“Konteks yang kami bicarakan selalu ilegal. Artinya penggunaanya tidak sesuai petunjuk sehingga membahayakan kesehatan. Para bandar ini menyampaikan konteks legal ditempatkan pada suatu yang ilegal. Para bandar menilai narkoba tidak berbahaya dan menguntungkan,” bebernya.

Dari beberapa penangkapan yang dilakukan BNNP Sulsel, kebanyakan pelaku atau bandar mengaku nekat mengedarkan narkotika karena faktor ekonomi.

Untuk tahun 2021, BNNP Sulsel bersama Polda Sulsel berhasil mengamankan kurang lebih 200 kilogram narkotika jenis sabu.

“Jadi misalkan tangkapan BNNP Sulsel 100 kilogram itu berarti 100.000 gram. Satu gramnya itu dipake 5 atau 4 orang. Jadi kalau 100.000 gram itu bisa dipakai 500.000 orang, sementara populasi masyarakat Sulsel berapa. Yang tertangkap itu hanya 7 persen dari yang tersembunyi,” ucapnya.

  • Bagikan