MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Gerakan Mahasiswa Papua melaksanakan dialog dengan mengangkat tema “Kalau Bukan Kami Siapa Lagi, Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi” di Warung Upnormal, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (08/04/2022).
Pada tema yang diangkat ini terkait dengan gagasan misi Gerakan Mahasiswa Papua untuk memanusiakan manusia lainnya. Ada beberapa poin-poin yang dibahas dan kemudian saling menyatukan persepsi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Salah satu narasumber Stenly Korwa mengatakan, dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Papua salah satunya adalah pada upaya pemekaran wilayah. Seperti yang menjadi gagasan pemerintah pusat yang akan melakukan pemekaran di wilayah Papua.
Rencananya terdapat 5 provinsi yang akan dibentuk di Papua, yakni Provinsi Papua, dengan sembilan kabupaten dan kota yaitu Kota Jayapura, Jayapura, Keerom, Sarmi, Mamberamo Raya, Waropen, Kepulauan Yapen, Biak Numfor, dan Supiori.
Kemudian untuk Provinsi Papua Barat dengan 13 kabupaten dan kota seperti Manokwari, Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Fakfak, Kaimana, Raja Ampat, Sorong, Sorong Selatan, Maybrat, Tambrauw, dan Kota Sorong.
Selanjutnya Provinsi Papua Pegunungan Tengah dengan 10 kabupaten yaitu Jayawijaya, Yahukimo, Yalimo, Tolikara, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Nduga, Puncak Jaya, Puncak, dan Pegunungan Bintang.
“Melalui pemekaran Papua. komposisi jumlah penduduk pada masing-masing daerah otonom baru (DOB) tersebut juga akan menyesuaikan dengan jumlah penduduk kabupaten dan kota yang ada,” katanya.
Adanya pemekaran wilayah ini juga akan berdampak pada APBD masing-masing DOB. Bila dimekarkan menjadi lima provinsi, maka persebaran penduduk dan jumlahnya menjadi berbeda.
“Kesejahteraan penduduk semakin nyata dan masyarakat Papua bisa mandiri dan semakin sejahtera,” katanya.
Sementara narasumber lainnya, Paskalis A. Waras mengungkapkan, pemikiran masyarakat Papua yang sejatinya harus berkiblat pada pembangunan dan misi kesejahteraan bersama.
“Bagaimana kelompok masyarakat Papua, termasuk mahasiswa dari Papua memiliki pola pikir yang terbuka dan berbaur dengan masyarakat lainnya. Dalam hal ini membuat lapangan pekerjaan terhadap masyarakat Papua,” ujarnya.
Mahasiswa harus memiliki sistem pemikiran yang terbuka, dan jauh lebih visioner kedepannya. Generasi kedepannya harus terbawah dengan kemajuan, perkembangan dan sistem teknologi kedepannya. (*)