VOX POPULI: Ulama

  • Bagikan

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk’’. (QS. An-Nahl/16: 125)

ULAMA adalah sosok “aktor”, tokoh utama dalam panggung sejarah peradaban umat. Ulama hadir dalam denyut kehidupan umat. Ulama melakoni skenario berdasarkan desain wahyu Ilahi. Sebagian besar dari skenario yang dilakonkan ulama itu, telah dicontohkan pelaksanaannya dalam sejarah kehidupan Rasulullah saw. Itulah rangkaian mata rantai peran strategis para ulama sebagai pewaris Nabi (HR. Abu Daud).

Ulama hadir di tengah umat dengan beragam identitas dan representasi diri. Ulama bisa hadir sebagai seorang faqih. Umat mengetahui, untuk menjadi faqih, ulama telah menghabiskan sebagian usianya belajar untuk mendalami syariat Islam. Kepadanyalah umat bertanya tentang hukum halal dan haram. Ulama faqih menjadi sandaran umat belajar cara menunaikan berbagai ibadah sesuai tuntunan Rasulullah. Ulama sadar, umat ittiba’, bahkan mungkin taklid kepadanya, sehingga selalu sangat hati-hati mengeluarkan pendapat.

Ulama bisa muncul sebagai seorang dai, menjadi penganjur dakwah yang tidak kenal lelah. Ulama dai membimbing umat tanpa pamrih. Sambil keliling berdakwah, berusaha berniaga, agar mampu menyedekahi umat yang didakwahi. Dalam berdakwah, ulama bijaksana, tak menghadapi umat dengan dakwah “frontal” karena paham bahwa dakwah adalah merangkul. Dakwah harus membawa ketenangan, memberi kedamaian, dan ketentraman. Ulama tak terjebak dalam dakwah ‘’provokatif’’. Ulama tidak pernah menginginkan ada jamaah, setelah mendengarkan dakwahnya, melakukan tindakan deskruktif, sehingga menyengsarakan masyarakat.

Ulama bisa hadir sebagai seorang sufi. Umat ‘’nunut’’, meniru ketekunan dan keikhlasannya beribadah. Kala umat sedang terlelap pada malam hari, diam-diam ulama bangun, bermunajat kepada Allah, memohon ampunan dan kemaslahatan umat. Ulama hidup dalam kesederhanaan, menjadi rujukan umat membangun kehidupan spiritual.

Kesalehan individu seorang ulama senantiasa memancarkan kesalehan sosial. Wajahnya bercahaya karena aura sakral. Umat datang, berebut bersalaman sambil menatap wajah ulama yang memantulkan keteduhan. Masyarakat mengharapkan berkah melalui doa-doa ulama yang dianggap memiliki keramat. Di antara umat, ada berebut meneguk sisa minuman atau mencicipi, jika ada sisa makanannya.

Ulama juga bisa tampil sebagai pejuang. Ulama pejuang tidak hanya menyemangati umat dari mimbar-mimbar dakwah, tetapi ikut terjun ke medan perjuangan untuk membela umat dari keterjajahan, dalam berbagai perspektif. Ulama membina generasi pelanjut untuk tampil melawan kezaliman, kemungkaran, dan kemaksiatan, tanpa melupakan hakikat Islam sebagai rakhmatan lil al-alamin. Jalan perjuangan ulama adalah perjuangan konstruktif dan selalu menghindari cara-cara yang deskruktif.

Ulama adalah sosok tokoh cerdik-cendekia. Kedalaman ilmunya membuat seorang ulama selalu tawadhu nan rendah hati. Ibarat bunyi pepatah tentang prinsip padi: ‘’semakin berisi, semakin runduk.’’ Ulama yang rendah hati, tidak pernah merasa rendah diri, di depan siapapun. Kharismanya memancarkan wibawa, sehingga disegani berbagai kalangan.

Ulama memiliki kedudukan yang tinggi, mulia dan dimuliakan karena ilmunya. (QS. Al-Mujadalah/58: 11). Imam Al-Gazali mengatakan, “ilmulah yang membedakan manusia dengan binatang. Dengan ilmu manusia menjadi mulia.” Ulama selalu bijaksana dalam bertindak maupun saat bertutur. Budi bahasa ulama terukur; santun dalam bersikap dan lembut dalam bertutur (QS. An-Nahl/16: 125). Umat tidak akan pernah ‘’terluka’’ karena ulama.

Dari waktu ke waktu, tokoh yang tampil ke medan dakwah, berikhtiar mencerahkan umat, kian melimpah. Banyak dai yang muncul atau dimunculkan dalam ‘’kontestasi’’ dakwah, tetapi tidak mudah menemukan sosok mujaddid dan mujahid dakwah dalam figur ulama.*

Wallahu a’lam Bishshawaab

Waspada Santing
Akademisi Universitas Bosowa Makassar

  • Bagikan