KEWAJIBAN puasa tidak hanya dikenal dalam Islam, melainkan juga dikenal dalam agama Yahudi, Nasrani dan agama-agama selainnya. Petunjuk kitab suci dapat menjadi petunjuk tentang hal ini bahwa puasa yang dilaksanakan umat Islam saat ini juga telah dilaksanakan oleh umat sebelumnya yang bertujuan meraih ketakwaan. Meskipun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara satu dengan lainnya sesuai dengan syariat yang dibawa.
Puasa disyariatkan kepada semua agama karena:
Pertama, agama dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau kebutuhan rohani manusia. Seperti halnya untuk memenuhi kebutuhan akan penyaluran hasrat seksual dibentuklah lembaga perkawinan, untuk memenuhi hasrat kekuasaan, maka dibentuklah lembaga politik, untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah, maka lahirnya agama.
Kedua, puasa merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena inti keberagamaan adalah mendekatkan diri kepada Allah, maka kita menemukan ajaran puasa pada semua agama di dunia.
Manusia terdiri dari dua unsur yakni jasmani dan ruhani. Kebutuhan akan unsur jasmani dapat dilakukan berkaitan dengan kebutuhan lahiriah yang pada umumnya bersifat materi. Hal ini selalu dikaitkan dengan kecenderungan yang berorientasi hedonisme berupa kesenangan-kesenangan dalam hal sandang, pangan, dan papan.
Pemenuhan kebutuhan jasmani sering tak terkendali karena egoisme dan kerakusan. Tidak pernah merasa cukup dan senantiasa merasa kurang, inilah yang perlu didewasakan agar dapat tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan yang dilaluinya.
Hakikat kemanusiaan seseorang terletak pada ruhnya. Hal ini juga yang membedakan antara manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Kematangan ruhani seseorang sangat menentukan dalam menyikapi masalah yang dihadapi menuju kepada pencipta-Nya. Tidak akan terpengaruh oleh godaan yang sifatnya sangat sementara dan sempit. Kebutuhannya pun semakin abstrak, dan lebih tinggi misalnya tidak berhenti hanya pada urusan duniawi melainkan pada urusan yang bersifat abadi dan ukhrawi.
Ibadah merupakan fitrah kemanusiaan, perintah ibadah mengandung nilai universal. Maksudnya semua orang bangsa apapun namanya, di mana pun tempatnya memiliki kecenderungan untuk beribadah, ini menandakan bahwa ibadah adalah fitrah. Meskipun dalam perkembangan selanjutnya banyak di antaranya yang lupa pada fitrahnya. Kini, manusia membutuhkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka. Ibadah menjadi salah satu kebutuhan dasar untuk memperoleh ketentraman dalam kehidupan.
Pendewasaan spritual tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan melalui latihan dan pengamalan ajaran yang terus-menerus dan terencana. Tidak hanya pada pengamalan yang bersifat lahiriah melainkan juga yang batiniah.
Misalnya mengendalikan indra lahiriah dan indra batiniah dalam puasa melalui pengendalian lidah dengan puasa bicara, telinga dengan puasa mendengar, dan mata dengan puasa memandang. Sementara yang batiniah yakni mengendalikan pikiran dan imajinasi.
Melalui puasa dapat menjadi madrasah ruhani untuk mendewasakan spiritual, puasa tidak hanya dimaknakan menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Tapi dia pun puasa bicara tidak hanya membatasi diri untuk mengucapkan kata-kata kotor, memfitnah, dan bergunjing. Melainkan puasa bicara dengan mengatakan yang penting dan bermanfaat saja. Pendengarannya pun ikut dipuasakan dengan cara menyeleksi apa-apa yang patut untuk didengarkan.
Demikian pula dengan puasa melihat dengan cara memandang yang baik-baik saja. Sedangkan yang batniah berupa pikiran dan imajinasi dengan mengendalikan pikiran dan imajinasi yang terkadang terlalu liar merambah ke mana-mana serta melompat dari satu masalah ke masalah yang lain. (**)
Darussalam Syamsuddin