Tak hanya mengurangi biaya pembelian pupuk petani, dalam budidaya padi organik ini juga akan meningkatkan hasil panen para petani yang ditargetkan setiap panen mampu menghasilkan 6 ton per hektar.
"Perbedaan hasil yang mencolok dari padi organik ini tentu melebihi hasil panen padi konvensional. Jika biasanya panen 3,5 - 4,3 ton perhektar maka dalam budidaya ini kita target 6 ton perhektar," tukasnya.
Saat ini kata Rahmansyah, tugas pemerintah akan terus meyakinkan para petani yang ada di Kabupaten Gowa agar bisa beralih ke budidaya organik.
Salah satunya dengan menjadikan percontohan 100 ha yang tersebar di enam desa yang lebih awal melakukan budidaya tersebut.
Menurutnya tidak ada alasan bagi para petani untuk tidak melakukan penanaman padi organik ini. Pasalnya akan lebih menghemat ongkos para petani dan sebagai bentuk penyelamatan lingkungan terhadap pupuk-pupuk kimia.
"Jadi sudah ada enam desa termasuk di Desa Julu Pa'mai ini 15 ha, Desa Biringala 2 ha, Desa Panyangkalang 5 hektar, Desa Manjalling 5 ha, Desa Lempangan 50 ha, dan Desa Panakukang 23 ha. Sementara ini yang menjadi percontohan insyaallah dalam waktu 3-4 bulan akan panen," jelasnya.
Adapun bahan alami yang dijadikan pupuk cair dan dapat ditemui disekitar yaitu sabut kelapa, pepaya hampir busuk, pisang, molase, air rebusan tempe, keong emas/siso, air cucian beras, daun gamal, buah maja, rebung, dan bonggol pisang.
"Jadi semua bahan yang digunakan itu gampang ditemui dan bisa diproduksi sendiri. Bahkan kami juga melibatkan tim ahli dari Kementerian Pertanian untuk menunjang keberhasilan budidaya padi organik ini," urainya.
Sementara Wakil Bupati Gowa, Abd Rauf Malaganni yang turut melakukan penanaman mengatakan budidaya padi organik ini cara yang dilakukan Pemkab Gowa agar para petani di Gowa tidak mengeluarkan biaya pemeliharaan yang besar ditambah dapat menjaga lingkungan sehat untuk dikonsumsi.