OPINI: PSBM dan Mengenang Kebesaran Syeikh Yusuf di Afrika Selatan

  • Bagikan
Hafid Abbas, Ketua Senat UNJ dan Ketua Dewan Senat PTN se-Indonesia

Kelihatannya semangat Syeikh Yusuf ini patut diteladani oleh para pengusaha. Syeikh Yusuf adalah kemanakan Raja Gowa, Sultan Alauddin yang diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Afrika Selatan pada 27 Juni 1693.

Pada 1644, Syeikh Yusuf bertolak ke Saudi untuk menunaikan ibadah Haji dan belajar Ilmu Agama di sana. Setelah menetap dan belajar di Saudi selama beberapa tahun, ia tidak dapat kembali ke Kerajaan Gowa karena Gowa sudah dikuasai oleh Belanda.

Ketika kembali, ia memilih ke Kesultanan Banten dan ternyata ia diterima dengan baik oleh Sultan Agung Tirtayasa. Syeikh Yusuf membantu kesultanan ini melawan penjajahan Belanda dan akhirnya ia ditangkap dan dibuang ke Ceylon pada September 1684, dan selanjutnya diasingkan lagi ke Afrika Selatan sembilan tahun kemudian.

Syeikh Yusuf yang disebut oleh Nelson Mandela sebagai salah seorang putra terbaik Afrika Selatan, akhirnya meninggal di Zandvliet pada 23 Mei 1699 dengan beragam legacy yang ditinggalkan.Untuk menghargai kebesarannya, masyarakat dan pemerintah Afrika Selatan merubah tempat ini menjadi Macassar yang masih dalam wilayah administratif Cape Town.

Refleksi Ketika, masih di Kementerian Negara Urusan HAM pada akhir 1999, sebagai Deputi Menteri, saya telah merintis berbagai bentuk kerjasama dengan Afrika Selatan untuk memetik pengalaman negara itu membentuk Truth and Reconciliation Commission (TRC) untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalunya.

Pada masa itu, Indonesia banyak dilanda konflik sosial yang menuntut satu penyelesaian melalui mekanisme rekonsiliasi.

Pada akhir 2003, sebagai Dirjen Perlindungan HAM Kementerian Kehakiman dan HAM, saya telah menerima undangan dari TRC Afrika Selatan untuk berkunjung ke negara itu dengan sejumlah agenda termasuk pertemuan dengan Presiden Nelson Mandela, Ela Gandhi (cucu Mahatma Gandhi, Anggota Parlemen Afrika Selatan), Dullah Omar (Menteri Transportasi), dst.

Omar adalah teman seperjuangan Mandela yang sama-sama dipenjara di Robben Island selama hampir dua dekade karena menentang rezim apartheid, dan keduanya baru bebas pada 1990. Ada yang menarik dari pertemuan kami dengan Dullah Omar.

Ia mengungkapkan bahwa Mandela, Desmond Tutu dan para aktivis anti-apartheid telah berjuang tanpa menyerah karena terinspirasi dengan semangat, ketokohan dan kegigihan perlawanan Syeikh Yusuf atas kekejaman apartheid terhadap warga kulit hitam Afrika Selatan.

  • Bagikan

Exit mobile version