MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Koordinator Presidium Majelis Nasional (MN) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Ahmad Doli Kurnia Tandjung menitipkan pesan penting kepada pengurus Majelis Wilayah (MW) KAHMI Sulsel Periode 2022-2027.
Pertama, sebut Ahmad Doli, adalah bagaimana pengurus menjalankan fungsi dan tugas utama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
"Kita harus sadar betul bahwa KAHMI ini ada karena HMI. Tidak mungkin ada KAHMI kalau tidak ada HMI. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah bagaimana menjaga eksistensi HMI," ujar Bang Doli dalam sambutannya.
Ahmad Doli mengilustrasikan HMI seperti sumber mata air yang harus dijaga agar tetap jernih. "Seperti yang saya katakan tadi, KAHMI itu ada karena ada air. Jadi kalau sumber mata airnya kering tentu tidak lagi berproduksi, maka tinggal tunggu waktu pasti KAHMI akan mati," tegasnya.
Oleh karena itu, Ahmad Doli menitip pesan tugas utama KAHMI adalah merawat sumber mata airnya, yakni HMI. Pesan kedua Doli, KAHMI juga harus bisa menggaransi, menjamin, dan memastikan sumber mata air ini tetap jernih atau tidak kotor. Terlebih lagi tidak terkontaminasi.
"Biarkanlah proses pengkaderan adik-adik kita berjalan original yang memang ada sejak dulu. Jangan kita kotori, karena kalau dari awal ngajarin adik-adik kita ini mengolah-olah, maka nanti tinggal nunggu waktu saja akhirnya juga dari KAHMI akan malah mengolahnya lebih canggih lagi," papar Ahmad Doli.
Lebih jauh, Ahmad Doli menyatakan jika di hulunya sudah terkontaminasi racun, maka pasti ujungnya di hilirnya tidak berkulitas. "Jadi selain secara kuantitas kita harus juga menjaga kualitas pengkaderan adik-adik kita," jelasnya.
Ahmad Doli mengatakan sekarang KAHMI juga sudah bisa disebut sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas). Tentu sebagai organisasi kemasyarakatan juga punya tanggung jawab yang besar untuk mengambil peran dan memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar.
"Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, kita punya tanggung jawab untuk ikut terlibat di dalam memajukan segala aspek kehidupan berbangsa bernegara. Dalam konteks keumatan tentu harus mampu membangun peradaban," jelasnya.
Berbicara tentang membangun peradaban, sambung Doli, bagaimana Indonesia menjadi bagian dari peradaban tersebut. "Saya kira negara kita punya modal yang cukup besar karena menjadi masyarakat muslim terbesar di dunia.
Bahkan kalau kita bicara dalam konteks politik, Indonesia ini menjadi negara demokrasi Islam terbesar di dunia," katanya.
"Tentu kita meyakini membangun peradaban itu basis nilainya sesuai dengan keyakinan kita adalah Islam. Seperti yang juga kita sudah pelajari lama di HMI. Nah itu adalah model yang cukup besar," sambung Doli. (*)