Amran Mahmud mengaku dirinya tidak lagi khawatir dengan keberadaan NBS. Menurutnya, salah satu yang menjamin keberlangsungan proses pendidikan adalah ketersediaan pendanaan.
"Untuk NBS ini, pembiayaannya sudah terjamin oleh Kawasan Wisata Telaga Biru. Konsep pendidikan seperti ini tentu perlu patut kita apresiasi dan bisa dicontoh," tukasnya.
"Saya pribadi juga sedang merintis pondok tahfiz berbasis pertanian terpadu, artinya pondok tahfiz yang pembiayaan operasionalnya dari hasil pertanian terpadu di kawasan tersebut," tambahnya.
Amran Mahmud pun menyampaikan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada Prof. Wahyuddin Latunreng bersama seluruh keluarga atas segala dukungannya terhadap program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wajo.
Sementara, pendiri Yayasan Karya Cipta NBS, Prof. Wahyuddin Latunreng, menyampaikan apresiasi dan penghargaan tinggi atas kehadiran Bupati Wajo.
“Saya tidak tahu bahasa terbaik apa yang harus saya sampaikan kepada Bapak Bupati. Saya tahu Beliau sangat capek apalagi beliau tadi puasa, namun karena dukungannya untuk pengembangan kawasan wisata ini sehingga berkenan hadir dan meletakkan batu pertama replika monas yang akan kita bangun," ucapnya.
Terkait replika ikon dari berbagai negara yang ada di kawasan tersebut, Rektor STIAMI Jakarta ini mengaku bahwa semua adalah usul dari berbagai sahabat dan koleganya.
Sebagai informasi, Kawasan Wisata Telaga Biru ini memiliki konsep bernuansa wisata perdesaan dan wisata literasi budaya dunia. Pengunjung bisa untuk rekreasi, edukasi, budaya, dan sejarah.
Selain ada kolam renang, di kawasan ini ada beberapa replika ikon berbagai negara, termasuk Monas yang peletakan batu pertamanya baru saja dilakukan.
Juga didukung dengan banyak fasilitas, seperti musala, galeri sutra, kantin, gazebo, gazebo bambu, peternakan rusa, dan beberapa fasilitas lainnya. (*)