Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Sukri Tamma mengatakan media sosial hanya sebagai alat untuk memperkenalkan seseorang di dunia maya.
"Tapi, harus dilihat apa yang disampaikan di media sosial tidak menjadi aspek keseluruhan dari orang tersebut. Media sosial bisa membantu mensosialisasikan tapi belum tentu menjamin keterpilihan di kontestasi politik. Popularitas mungkin, iya, tapi elektabilitas mungkin tidak karena ada variabel lain," kata Sukri.
Namun, kata dia, media sosial membuka jalan yang mudah bagi seluruh kandidat mensosialisasikan dirinya tanpa menemui masyarakat, apalagi masyarakat saat ini sudah banyak mengakses media sosial khususnya Facebook dan Instagram.
"Ini lebih efesien bisa sampai ke masyarakat. Tapi sebagai alat untuk keterpilihan belum tentu," ucapnya.
Agar dukungan di media sosial sejalan pada Pileg maupun Pemilu 2024 nanti, para politikus harus juga menemui langsung masyarakat karena itu bagian dari penilai pemilih.
"Mereka juga harus tunjukkan hal-hal yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai di media sosial bagus tapi kenyataannya bertolak belakang," ujar Sukri.
"Karena apa yang disampaikan melalui media sosial belum tentu masyarakat langsung percaya. Harus bukti berikutnya dengan melakukan interaksi langsung dengan masyarakat," kata Sukri. (Yad-Fah)