OPINI: Mengenang Bapak Bangsa Syafi’I Ma’arif

  • Bagikan
Buya Syafi'i Ma'arif (Ist)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Hari Jumat 27 Mei 2022 sekitar jam 10.00 pagi seorang putera terbaik bangsa berpulang ke rahmatullah pada umur 87 tahun. Beliau adalah Prof. K.H. Dr.Syafi’i Ma’arif, atau lebih akrab disapa Buya Syai’i, mantan Ketua Umum Pimpian Pusat Muhammadiyah (1998-2005).

Terus terang, penulis tidak dekat amat dengan Beliau, tapi kadang berkomunikasi dengannya. Kalau tidak salah, penulis pertama kali berjumpa dalam acara Temu Nasional Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) pada tahun 1982, di aula Masjid Istiqlal dihadiri oleh Menteri Agama Munawir Syadzali.

Bertindak sebagai panitia adalah Dr. Jurnalisuddin dari Yayasan RS Islam (YARSI), Jakarta. Seingat penulis, beliau menyampaikan kritik pada sistem khilafah Islam yang katanya “dinasty klick”, tidak demokratis.

Beliau memang ahli tata negara Islam dan menulis beberapa buku mengenai Islam dan Tata Negara, antara lain: Percaturan Islam dan Politik, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Fikih Kebhinnekaan dan masih banyak lagi yang tidak sempat disebut satu persatu; semuanya mengulas hal-hal aktual menyangkut keislaman dan demokrasi di Indonesia.

Kedua kalinya bertemu Beliau ketika menjadi pemateri bersama Pak Taufik Adullah dalam suatu seminar sosial politik di IAIN Alauddin Makassar (sekarang UIN).

Seminar itu dilaksanakan pada awal reformasi, soal tahun dan tanggal penulis tidak ingat lagi. Penulis menjadi pembahas atas materi yang dibawakannya.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat antara kedua beliau itu, tapi mereka saling menghormati. Kata Buya Syafi’i, seperti itulah egalitarian warga minang, tidak mau saling melampaui.

Beliau memang dikenal sebagai Guru Besar yang siap melayani kegiatan ilmiyah sepanjang punya waktu, termasuk diskusi-diskusi di tingkat mahasiswa.

Pada tahun 2005, seusai menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah, beliau sempat menghadiri diskusi mahasiswa syariah Indonesia di Asrama Haji kota Padang.

Penulis kaget saat bertemu beliau di forum itu, sebab tidak menyangka beliau akan hadir di forum tingkat mahasiswa tersebut.Tidur di asrama yang masih sangat sederhana saat itu.

  • Bagikan