“Ironisnya, bahasa yang terkesan mengusir warga Rampi untuk keluar dari Indonesia tersebut, disampaikan oleh seorang kepala daerah di Provinsi Sulsel.," ungkapnya.
Dia menilai, bahasa yang dilontarkan oleh Gubernur Sulsel itu, tidak hanya terkesan pelecehan atau intimidasi terhadap warga Rampi, akan tetapi yang lebih fundamentalnya adalah mencoba memprovokasi warga Kecamatan Rampi.
Yakni, untuk melakukan tindakan makar maupun gerakan separatis sebagai respon terhadap kegagalan pemerintah dalam melakukan pemerataan pembangunan di wilayah Rampi.
Terkait hal tersebut, Aliansi Wija To Luwu mendesak Gubernur Sulsel untuk segera meminta maaf kepada masyarakat Luwu Raya. Khususnya bagi warga Kecamatan Rampi.
“Jika Pak Gubernur Sulsel enggan meminta maaf dalam tempo tiga kali 24 jam, maka kami yang tergabung dalam Aliansi Wija To Luwu, akan melakukan perlawanan baik melalui aksi parlemen jalanan maupun lewat gerakan politik," tegasnya.
"Kami juga akan menaikkan tensi gerakan kami dari gerakan moral menjadi gerakan politik Wija To Luwu untuk melawan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dalam kanca politik atau gelanggang politik pada tingkatan apapun di rana elektoral,” tambahnya. (Irwan)