Begini Cara Komunitas FKM UPRI Peringati Hari Lingkungan Hidup

  • Bagikan
ilustrasi

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Laboratorium Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat UPRI Melalui Koordinator Bidang Multimedia dan Publikasi menilai, dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni tidak ada pilihan lain untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Asna Ampang Allo selaku Koordinator Bidang Multimedia dan Publikasi mengatakan generasi yang matang berawal dari lingkungan yang seimbang. "Ini dapat diartikan peranan manusia dalam menjaga lingkungan hidup sangatlah penting. Manusia sendiri memegang kendali atas terwujudnya lingkungan hidup yang sehat. Jika terjadi ketidak seimbangan pada lingkungan hidup sudah tentu akan membawa dampak yang buruk bagi kehidupan manusia," ujarnya.

Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, Laboratorium Komunitas - FKM UPRI mengkaji tiga issu yang dianggap memiliki urgenitas tinggi yaitu masalah limbah botol kaleng dan plastik kemasan, limbah popok bayi serta limbah masker medis.

"Kami menganggap masalah itu harus segera disikapi, jika dibiarkan begitu saja akan menghadirkan dampak kerusakan ekosistem baik di daratan ataupun di lautan," kata Asna Ampang Allo.

Sementara Putungsewu Widllife Education Center (P-WEC) menjelaskan tentang lamanya limbah botol kaleng dan plastik dapat teruarai. Limbah botok kaleng dapat teruarai 80 s/sd 100 Tahun sedangkan botol plastic 50 s/d 100 Tahun. Tentu bukan merupakan waktu yang singkat, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menguraikan limbah tersebut.

Kemudian menyikapi limbah popok sekali pakai, ini merupakan ancaman serius karena rata-rata penggunaan popok pada bayi sebanyak 4-8 kali dalam sehari. Dari hasil survey yang telah dilakukan Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan terkait Jumlah penduduk menurut kelompok umur pada tahun 2019 menunjukkan anak yang berumur 0-4 Tahun berjumlah 824.715 Jiwa.

"Jika kita ingin melihat proyeksi atau perkiraan jumlah limbah popok sekali pakai kita tinggal mengalikan saja, jika kita mengambil angka minimal dari penggunaan popok dalam sehari maka angka yang didapatkan lebih dari 3 jt limbah popok. Sebagian besar Ibu rumah tangga langsung membuang popoknya di sungai dan di tempat pembuangan sampah liar. Woods Hole Oceanographic Instruction menerangkan membutuhkan waktu sekitar 450 Tahun agar limbah popok sekali pakai dapat teruarai," jelasnya.

Kemudian limbah masker medis yang saat ini saat ini dipakai oleh Sebagian besar orang, analogi sederhananya adalah semakin tinggi penggunaan maka semakin tinggi juga buangan yang dihasilkan. Masih merujuk dari data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik terkait dengan jumlah penduduk pada tahun 2019, pada tahun itu jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan 8.851.240 Jiwa.

Dalam sehari, minimal orang akan menggunakan 1 hingga 2 masker, jika kita ingin mengetahui berapa banyaknya limbah masker yang terkumpul dalam satu hari maka kita tinggal kalikan saja dengan angka minimal hasilnya yaitu lebih 8 juta masker dalam sehari.

"Bisa kita bayangkan jika limbah-limbah tersebut tidak ditangani dengan baik, maka akan sangat berpotensi merusak kualitas lingkungan. Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini marilah kita Bersama-sama untuk menyadari bahwa bumi ini milik Bersama sudah tentu menjadi kewajiban kita Bersama pula untuk menjaganya. Kita bisa menerapkan Metode 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle) dalam upaya mengurangi permasalahan tersebut, memang bukan perkara mudah, namun akan menjadi masalah besar jika kita hanya berdiam diri," tegasnya. (*)

  • Bagikan