Didorong Maju di Pilpres 2024, Abraham Samad Dinilai Paling Cocok Berpasangan dengan Anies

  • Bagikan
Abraham Samad saat berada di Kota Makassar. (Ist)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI Periode 2011-2015, Abraham Samad, terus menguat didorong maju bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Terbaru, wacana ini terungkap saat Abraham Samad merespon ajakan berberapa tokoh masyarakat Sulsel yang digelar di salah satu tempat di bilangan Utara Kota Makassar, Senin (6/6/2022) malam.

Diketahui Abraham Samad berada di Makasaar atas kepergian ibundanya tercinta, Sitti Maryam, menghadap sang Khalik. Rencananya, Abraham Samad akan bertolak ke Jakarta, Selasa (7/6/2022) siang.

Nampak hadir pada pertemuan silaturahmi ini, merupakan sahabat Abraham Samad dan beberapa aktivis NGO, Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), mahasiswa hingga budayawan, dan media.

Dalam silaturahmi tersebut sebenarnya hanya membahas soal anti korupsi, penegakan hukum, dan kemudian berpindah topik tentang kepemimpinan khususnya berkait nasional, yakni Pilpres 2024.

Para kerabat yang hadir memberondong pertanyaan kepada Abraham Samad soal sikapnya pada pilpres mendatang, namun Abraham Samad hanya menanggapinya dengan santai.

“Terima kasih atas dorongannya, namun kita kembalikan ke masyarakat Indonesia. Saya sih tidak berpikir mau maju apalagi saya bukan kader parpol (partai politik). Prinsip saya apapun dan di manapun kita jangan pernah berhenti berbuat baik untuk rakyat, bangsa, dan negara,” ujarnya.

Pada pertemuan tersebut menyeruak dorongan bahkan muncul desain gambar yang memaketkan Abraham Samad dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan tagline A Plus yang artinya Abraham Samad dan Anies Baswedan.

Djusman AR yang hadir pada pertemuan tersebut hanya berkomentar singkat dengan ucapan, apapun sikap Abraham Samad termasuk ditakdirkan maju pilpres nanti, baginya tidak ada alasan untuk tidak mendukungnya.

Bang Djus, sapaan akrab Djusman AR, cukup mengenal integritas Abraham Samad khususnya dalam penegakan hukum dan anti korupsi.

“Negeri ini masih menggurita korupsi dan tentu Abraham Samad sudah terukur komitmennya dalam memerangi korupsi, baik disaat masih NGO hingga saat memimpin KPK,” katanya.

“Menurut saya guna memaksimalkan itu diharap optimalnya political will agar terbangun komitmen good governance dan clean government atau anti korupsi yang kuat,” terang Djusman AR menambahkan.

Dalam pertemuan itu hadir diantaranya Asmin Amin, Kadir Wakanobun, Ustaz Muchtar Dg Lau, Ilham Hanafi, Didies Abdi, Idham Iskandar, Tahir Satria, Nash Mappeaty, dan lainnya.

Kedekatan Abraham Samad dan Anies Baswedan sendiri diketahui memang cukup dekat bahkan terlihat saat meninggal ibunda Abraham Samad dengan adanya ucapan belasungkawa di rumah duka.

Posisi Abraham Samad sendiri menguat seiring kondisi kekinian. Dimana lembaga survei Indo Riset membeberkan perubahan kriteria calon presiden sesuai ketertarikan responden.

Secara umum, responden sekarang lebih suka terhadap presiden yang jujur dan bersih dari korupsi, menggeser kriteria pemimpin harus merakyat atau sederhana. Hal tersebut dilihat dari hasil survei yang dilakukan pada 11-17 April 2022.

Selanjutnya, juga dijelaskan Direktur Indo Riset, Roki Arbi, responden diberikan pertanyaan mengenai kriteria presiden ke depannya.

Pertanyaannya adalah ‘menurut bapak/ibu, manakah di antara hal-hal di bawah ini yang paling penting dimiliki Presiden Indonesia ke depan?

Berikut hasil survei dari responden sebagaimana yang dilansir dari salah satu media nasional:
• Kejujuran dan bersih dari korupsi: 39,4 persen
• Merakyat/sederhana: 20,9 persen
• Ketegasan dalam mengambil keputusan: 16,2 persen
• Prestasi/kinerja dalam memimpin: 8,4 persen
• Pengalaman memimpin sebagai kepala daerah: 7,1 persen
• Cerdas/pintar: 4,8 persen
• Lainnya: 2,7 persen
• Tidak tahu/tidak jawab: 0,4 persen.

Selanjutnya, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, melihat telah terjadi pergeseran selera masyarakat dalam memilih calon pemimpin.

Pada pilpres yang lalu sosok yang sederhana dan merakyat merupakan kunci agar seorang capres dapat terpilih di dalam kontestasi.

“Makanya kemudian Pak Jokowi yang merepresentasikan pemimpin yang sederhana dan merakyat itu dapat memukau atau menarik perhatian publik,” ujar Arya.

Perubahan selera masyarakat ini, menurut dia, merupakan sesuatu yang positif.

Artinya, masyarakat melihat bahwa sosok pemimpin ke depan yang dibutuhkan adalah yang berintegritas, jujur, dan bersih dari korupsi.

“Saya kira ini kabar baik. Karena pemerintahan yang bersih, baik, berintegritas, itu memang sesuatu yang dibutuhkan untuk kepemimpinan ke depan,” tuturnya. (*)

  • Bagikan