LUWU UTARA, RAKYATSULSEL - Pascabencana banjir bandang yang terjadi pada medio 2020 lalu, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Luwu Utara terus melakukan upaya percepatan, pembenahan dan perbaikan, utamanya beberapa fasilitas umum dan infrastruktur jalan, sungai dan jembatan.
Segala upaya itu mulai menampakkan hasilnya. Sebagian besar jalan, sungai dan jembatan yang terkena dampak bencana banjir bandang lalu, kini mulai kembali fungsional dengan kondisi fisik yang jauh lebih baik dan meyakinkan. Semua ini berkat kolaborasi yang terus dibangun.
Nah, seiring dengan itu, kabar baik terus menghampiri Kabupaten Luwu Utara. Terbaru, Luwu Utara terpilih untuk menyusun master plan Smart City atau Kota Cerdas dari pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informatik (Kemkominfo) Republik Indonesia.
Dipilihnya Luwu Utara tentu melalui sebuah proses yang panjang dan kompetitif, mulai dari proses assesmen atau penilaian, sampai kepada launching dan penandatanganan MoU untuk melihat kesiapan dan kesanggupan Pemda Luwu Utara dalam mewujudkan Smart City.
Saat ini, proses penyusunan master plan Smart City sudah memasuki tahapan bimbingan teknis. Tim Ahli Smart City dari Kemkominfo didatangkan langsung untuk melakukan pendampingan dan pembimbingan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan master plan ini.
Bahkan Febrina Teresia dari Dirjen Aplikasi dan Informatika Kemkominfo optimistis Masamba bisa menjadi kota cerdas di Indonesia dengan melihat segala potensi yang dimiliki. Meskipun Luwu Utara saat ini mulai membangun semangat untuk kembali bangkit dari bencana.
“Bukan berarti karena pernah mengalami bencana yang cukup besar, kemudian ya sudah, tidak berpikir lagi, setelah bencana mau jadi apa Masamba ini,” kata Febrina, saat berbicara di hadapan Dewan Kota dan Tim Pelaksana Smart City di acara Bimtek Pertama Penyusunan Master Plan Smart City, Senin (13/6/2022) di Aula La Galigo Kantor Bupati.
Febrina Teresia mengajak seluruh peserta Bimtek untuk kembali berpikir bagaimana caranya kota Masamba pascabencana ini bisa dijadikan sebuah peluang untuk menjadi kota cerdas yang indah dengan penerapan Smart City-nya.
“Kemarin kita sudah melihat ada suangainya yang sebenarnya punya potensi loh. Bagaimana kita membuat waterboom atau waterpark seperti yang ada di kota-kota besar di Jawa,” kata Febrina. Melalui sungai juga, akan dibuatkan kegiatan mitigasi dengan pembuatan jalur-jalur evakuasi. “Semua rancangan ini bisa dimasukkan ke dalam masterplan kita,” imbuhnya.
Namun, kata dia, semua itu tidak akan dapat terwujud jika tidak ada kerjasama, sinergi dan kolaborasi multipihak.. “Ini bukan kegiatan Kominfo saja. Smart City ini bukan hanya persoalan TIK saja, tetapi juga ada integrasi, kolaborasi, dan inovasi,” sebut dia.
Dikatakan Febrina, Smart City ini dapat terwujud jika semua pihak terlibat memikirkan konsep seperti apa atau quick win bagaimana yang akan dirancang dan menjadi fokus Smart City di Luwu Utara. “Jangan yang dilihat IT-nya saja, tetapi lihat tiga hal tadi, yaitu integrasi, kolaborasi dan inovasi. Mari kita berpikir sebaga team work,” ajak Febrina dengan penuh semangat.
Masih dia, Kominfo tidak dapat bekerja sendiri untuk mewujudkan smart city tanpa dukungan semua pihak. Menurutnya, kerja-kerja smart city adalah kerja-kerja kolaboratif. Tidak bisa satu pihak yang bekerja, sementara pihak lain hanya menjadi penonton. Semua pihak harus menjadi pelaku.
“Kominfo itu fungsinya sebagai backbond atau tulang belakang, sementara yang lain itu seperti tangan. Kalau hanya Kominfo saja yang bekerja, hanya persoalan TIK-nya saja, itu gaib namanya, gak kelihatan. Nah, kita ingin semuanya bekerja agar semuanya menjadi kelihatan. Jadi, seperti inilah kerja-kerja smart city di sebuah daerah,” tandasnya. (*)