MAKASSAR, RAKSUL- Paradigma baru yang dibawah Taufan Pawe (TP) di Golkar Sulsel cukup berhasil.
Tradisi 'setoran di bawah meja' yang dulunya menjadi musuh bersama kini tidak ada lagi. Hal ini yang membuat Kader Pohon Beringin sangat menghormati sosok Taufan Pawe. Tak heran solidaritas dan loyalitas kini dirasakan tokoh yang akrab disapa Pak TP ini.
"Di era Pak TP semua serba faktual, tidak ada yang manipulatif dan hanya sekedar retorika. Kita buktikan semua dengan kerja nyata. Dan yang paling penting, kami tidak mau ada lagi bayar-bayaran yang tidak resmi dan tidak transparan. Tradisi itu terhapuskan di era Pak TP," kata Wakil Sekretaris DPD I Golkar Sulsel, Nasran Mone.
Baginya pria yang akrab disapa Cak Mon ini, menghapuskan tradisi 'setoran di bawah meja' berita baik bagi masyatakat Sulsel. Betapa tidak, menghilangkan money politik di partai akan melahirkan politikus-politikus berkapasitas. Uang bukan lagi standar untuk mencari pemimpin masyarakat.
"Sebenarnya ini bukan kabar baik buat kader saja, tapi masyarakat Sulsel. Kalau uang bisa membeli kepentingannya di Golkar Sulsel, ini bahaya ketika dia memimpin masyarkat. Dikhawatirkan tidak amanah dalam mengawal asiprasi masyatakat," katanya.
Meski demikian, Ketua Forum Silaturahmi Ulama (FSU) Sulsel
Ini menilai, cita-cita mulia yang di bawah Wali Kota Parepare dua periode itu bukan tanpa tantangan. Baginya, selalu ada ujian bagi seseorang yang ingin membawa kebenaran.
"Jelas ada tantangan. Kita bisa lihat pemberitaan. Mungkin yang terganggu itu mereka-mereka yang lakukan hal itu, akhirnya Partai kita ini mundur, kursi turun, jumlah kepala daerah juga turun. Bahaya Golkar kalau dikelola seperti itu, dan insyaa Allah Pak TP sudah hapuskan itu, kita sekarang menuju dengan Era Paradigma Baru," jelasnya.
Mantan Anggota DPRD Makassar ini mengungkapkan, sejak kepemimpinannya, TP selalu diserang dengan isu tidak melibatkan kader dalam mengambil keputusan. Bagi Cak Mon, melibatkan orang yang susah diatur di organisasi merupakan tindakan yang membuang-buang waktu.
"Kita akomodir semua yang mau diakomodir, yang tidak mau diakomodir mungkin mereka ada alasan tersendiri. Yang pastinya setiap pemimpin ada tersendiri caranya mengelola partai ini,"katanya.
Dalam mengambil keputusan, kepala daerah berlatar belakang profesional hukum itu tidak sendirian. Selalu melibatkan kader, tokoh senior, maupun sesepuh Partai Golkar. Terpenting dalam keputusan tersebut telah disetujui DPP Partai Golkar terkhusus Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Sekjen Lodewijk Fredrich Paulus.
"Pak TP juga selalu meminta nasihat para senior Golkar, baik Sulsel maupun nasional seperti Bapak Jusuf Kalla, Bapak Amin Syam, Hamka B Kady, Opu Andi Hatta Marakarma, dan banyak lagi. Begitupun kalau beliau ke daerah, senantiasa bersilaturahmi dengan sesepuh Partai Golkar di daerah, bahkan mendatangi keluarga dari almarhum kader Golkar, menyanpaikan salam dari Pak Airlangga dan memberikan bantuan," bebernya.
"Pengambilan keputusan juga kita libatkan pengurus, kecuali memang yang tidak mau terlibat. Saya kira ini tuduhan orang-orang yang cemburu dan iri saja," tambahnya.
Di era Taufan Pawe, Paradigma Baru itu benar-benar berhasil. Sistem dan admisnitarsi organisasi sudah jalan sesuai aturan partai.
"Di era TP, seluruh ketua terpilih DPD II melalui mekanisme musda, bahkan telah konsolidasi Mucam hingga Muslur/Musdes, tuntas kita konsolidasi. Memangnya era sebelumnya seperti itu? Bahkan ada Plt yang bertahun-tahun," katanya.
"Bidang kaderisasi juga kita tuntaskan rekrutmen kader, kuota KTA kami terpenuhi dan akan terus bertambahkan. Kami siap hadapi verifikasi faktual KPU. Kami telah laksanakan Pendidikan Politik, bahkan akan dilanjut ke angkatan selanjutnya," pungkasnya. (*)