Rionov menjelaskan tim penyelidik menemukan fakta yang berbeda di lapangan. Smart toilet harusnya menggunakan septi tank biotech dan pintu kubikal. Smart toilet juga hanya digunakan selama tiga hingga lima bulan. Setelahnya rusak dan tak berfungsi lagi.
"Jadi ada yang pompanya harusnya dua, ternyata hanya satu. Air tidak mengalir dan ada kerusakan. Tapi itu belum diketahui berapa kerugiannya karena hasil auditnya belum keluar," sebutnya.
Begitupun saat proyek itu selesai. Kuncinya harusnya diserahkan oleh pihak rekanan ke sekolah, tapi ternyata diserahkan ke dinas pendidikan.
"Ada juga fisik biotech septi tank yang harusnya tertanam dalam tanah, tapi ini tidak. Hanya ditutupi tripleks," pungkasnya. (Isak)