"Mereka mempelajari diversifikasi tanaman agar lebih tahan menghadapi ancaman banjir dan kekeringan," ujarnya.
Angka perubahan tutupan hutan menjadi monokultur pun berkurang karena masyarakat merasa cukup mengandalkan hasil hutan dari wilayah yang dikelolanya dan tidak berusaha membuka hutan untuk lahan baru.
Wanatani (atau sistem agroforestri) membuat masyarakat tidak mengusik hutan. Pada saat yang sama, kemampuan warga untuk mengelola hutan kopi pun berkembang, kualitas yang dihasilkan juga makin baik.
Koperasi Akar Tani, Kuatkan Posisi Tawar Petani
Selain praktik wanatani, Recoftc juga memfasilitasi sejumlah program kewirausahaan dan pelatihan untuk pengembangan pemasaran dan branding kopi spesial, peningkatan pengembangan bisnis dan praktik manajemen keuangan, dan pelatihan petani tentang agroforestri yang berkelanjutan.
“Recoftc mendukung masyarakat Bantaeng melalui program kewirausahaan Koperasi Akar Tani, melalui beragam pelatihan dan pendampingan masyarakat petani kopi hutan," jelasnya.
"Diharapkan masyarakat Bantaeng bukan hanya mampu mengembangkan sumber penghidupan mereka dari kopi saja, namun juga mampu mencegah deforestasi dan bencana, dan mengembangkan pula keadilan gender,” tambahnya.
Pada 2016, petani kopi Bantaeng membentuk Koperasi Akar Tani untuk menjaga harga biji kopi mereka dan untuk menembus pasar yang lebih besar.
Koperasi Akar Tani berhasil mendapatkan harga jual yang lebih tinggi bagi petani-petani anggotanya. Akses pada mesin kupas dan roaster terbuka, seiring pelatihan dan informasi yang mengalir sehingga petani dapat meningkatkan kualitas kopinya.