Dikatakan, ini tak lebih dari "selebrasi parpol" untuk memantik ketertarikan sosok cagub 2024. "Soal lamar tentu punya konsekuensi dengan mahar yang tinggi," jelas ketua Lembaga Kajian Isuisu Strategis (LKIS) itu.
Di menambahkan, pendekatan lainnya sesungguhnya lebih pada ketertarikan sisi genit parpol terhadap calon yang bakal mereka usung. Tetapi inilah demokrasi, semua bisa beli kemudian mencari kembali.
"Tapi ini bukan politik simulacra politik yang berkecendrungan memulai dengan cara simulasi calon," ungkapnya.
Manager strategi dan operasional lembaga survei Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam menilai, pergerakan politik dari parpol seperti PAN, PKS dan PDIP dalam membujuk figur calon gubernur potensial masih sebatas gimmick politik.
"Ini terlihat belum signifikan dan konkret pergerakan parpol," katanya, Kamis (23/6/2022).
Ditambahkan, setiap parpol punya mekanisme tersendiri dalam pengusungan kandidat. Dan tahapan itu belum berjalan.
"Namun dari momentum itu, kita bisa memaknai bahwa sejumlah figur yang dikaitkan oleh beberapa parpol memiliki pesona politik yang kuat," pungkasnya.
Terpisah, pengamat politik Unhas Makassar, Prof Dr Armin menilai, suasana Pilgub sudah hangat, tetapi para calon ada yang masih gamang.
"Maju atau tidak, berpasangan dengan siapa, menjadi gubernur atau wagub, diusung partai apa, bagaimana strategi mendapat partai dan pasangan calon," katanya.
Dia berharap calon menunjukan prestasi agar menjadi bukti bagi masyarakat yang hendak menentukan pilihanya.