MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Taiwan International Coorporation and Development Fund (ICDF) bekerjasama dengan Center of Excellence Fakultas Pertanian Unhas kembali mengadakan pelatihan drone untuk kedua kalinya, setelah pelatihan pertama pada tahun lalu.
Pelatihan pengoperasian drone dilakukan di Pelataran Fakultas Pertanian Unhas, Minggu, 26 Juni.
Memasuki kerjasama tahun tahun kedua periode 2, kali ini Taiwan ICDF mengajak Dosen, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pemprov Sulsel, Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), dan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), mengikuti pelatihan terkait inovasi bertani menggunakan drone.
Kendati demikian, dosen dan perwakilan instansi Fakultas Pertanian, terlebih dahulu diberikan materi pada hari pertama, yaitu tentang Pengenalan Drone di Bidang Pertanian, Implementasi Drone di Bidang Pertanian, dan Pengenalan Software untuk Operasional Drone. Sedangkan pada hari kedua dilakukan Demonstrasi Membuat Jalur Terbang dan Menerbangkan Drone, Pelatihan Penggunaan Drone, dan pengolahan Data Drone.
Ketua Center of Excellence Fak. Pertanian, Prof Yunus Musa, mengatakan sebuah drone khusus yang bisa menyemprotkan delapan liter air, disiapkan Taiwan International Coorporation development Fund (ICDF) bersama Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas).
Drone tersebut memang dipersiapkan untuk bisa dijalankan para dosen Pertanian di Unhas. Kendati demikian, dipelajari dulu teori lalu ke praktek.
"Nah ketika sudah mahir, kita akan ajarkan juga cara ini kepada para mahasiswa maupun para petani," ucapnya.
Kata Prof Yunus, saat ini dibidang pertanian juga harus terus berinovasi. Jika biasanya dalam proses penyiraman tanaman menggunakan pompa manual, saat ini harus bergerak menggunakan teknologi.
Salah satunya menggunakan bantuan drone. Cara Penggunaan drone dan aplikasinya saat ini sudah merupakan tahap kedua dilakukan. Dulu masih kesatu. Namun tahun ini kembali lagi dibuat untuk mereka yang belum berkesempatan tahun lalu.
Mengapa menggunakan drone, karena ini sudah merupakan suatu keharusan. Sebab jika tidak dilakukan maka ketinggalan.
"Ibaratnya kalau pakai penyemprotan manual, yang paling nyata biasa dipetani itu bisa menghabiskan uang Rp800 ribu per hektar, sedangkan kalau pakai drone hanya memakan biaya sekitar Rp250 per hektar dan waktunya lebih singkat," ucapnya.
Sehingga kata Prof Yunus, selain hemat biaya, juga hemat tenaga dan waktu. Juga sudah tak ketinggalan lagi dibidang inovasi yang saat ini disebut smart farming.
Fakultas pertanian sudah punya drone yang bisa digunakan untuk demostrasi menyemprot untuk menggunakan pestisida.
"Kita harapkan betul cara ini bisa dipakai para petani sehingga bisa untuk menaikkan efisiensi dan meningkatkan efektivitasnya," ucapnya.
Perwakilan Taiwan International Coorporation and development Fund (ICDF), Mr. Yi Cheng Huang, mengatakan, tujuan utama pelatihan ini adalah untuk menunjukkan fungsi dan pengaplikasian drone, dan menerapkannya pada lahan pertanian. Fungsi dari drone ini adalah untuk mengurangi tenaga manusia oleh petani, sehingga kita bisa memberikan lebih banyak manfaat kepada petani.
"Output dari pelatihan ini adalah kita melatih banyak peserta dari latar yg berbeda, beberapa diantaranya adalah dosen-dosen dari fakultas pertanian dan beberapa dari instansi pemerintahan," katanya..
Tujuannya adalah untuk menyampaikan kepada mereka fungsi utama dari drone, jenis-jenis aplikasi drone, perkembangan-perkembangan drone yang dapat bermanfaat bagi pertanian.
Unhas adalah salah satu universitas terbesar di Indonesia, dimana fakultas pertanian unhas jg sgt fokus pada pertanian, terutama di sulawesi selatan. Kami sangat beruntung bisa berkolaborasi dengan fakultas pertanian unhas, kita bisa saling membantu untuk perkembangan pertanian di sulsel.
Untuk menerbangkan sebuah drone, kita harus mempunyai lisensi. Sebelum menerbangkan drone, kita harus sering2 berlatih untuk mengontrol drone dan dapat memastikan masalah keamanan sehingga tidak berbahaya untuk warga sekitar dan yang lainnya.
Tak hanya para dosen, tetapi Taiwan IDCF juga menyasar untuk petani binaannya di 8 kabupaten/kota. Yaitu Gowa, Bone, Soppeng dan Wajo. Kemudian ada Pinrang, Sidrap, Luwu Utara dan Parepare. (*)