"Dua hal itu yang akan kita lakukan kedepannya," ujarnya.
Lebih jauh, dalam memimpin Apindo Sulsel kedepan, Suhardi punya pandangan tersendiri. Berangkat dari masa kecilnya yang hidup di suatu wilayah tambang di Riau, Sumatra disebut banyak mendapat pengalaman akan jatuh bangunnya suatu usaha.
Di tempat kelahirannya di Riau pada tahun 1960an adalah salah satu kecamatan terkaya pada masa itu. Masyarakat disebut sangat sejahtera berkat dari sebuah tambang timah. Selain fasilitas pendidikan yang memadai, fasilitas lain seperti bandar udara juga ada.
Namun masa kerjaan itu tak berlangsung lama, sekitar tahun 1980an. Industri tambang timah mulai habis. Masyarakat pun mulai hidup serba berkecukupan. Atas dasar itulah, Suhardi melihat pola usaha itu bergerak. Baik yang berkelanjutan maupun tidak.
"Kebetulan di Kepulauan Riau itu ada tambang timah. Itu satu tambang yang pada saat itu sangat makmur. Fasilitas di sana luar biasa, sekolah gratis bahkan bandara dan pesawat di kecamatan itu ada dan langsung terbang ke Jakarta. Disitu saya melihat orang tua yang bekerja disana bisa tumbuh dan jatuh," sebutnya.
"Untuk itu saya mengambil hikmah dan membawanya ke Apindo. Bahwa jangan terlena dengan kondisi saat ini, sebab bisnis itu dengan perkembangan teknologi digital dan lain-lain begitu cepat. Ada banyak usaha yang tergerus akan kemajuan zaman," tambahnya.
Ke depan, ia pun menyampaikan akan fokus pada kebangkitan UMKM. Di mana beberapa kepala daerah di Sulawesi Selatan telah membuka komunikasi dengan Apindo untuk pendampingan pengembangan UMKM di daerahnya masing-masing.