MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kenaikan harga cabai akhir-akhir ini lebih dipicu oleh tingginya permintaan pasar pasca pandemi Covid serta cuaca ekstrem menjelang Iduladha 1443 Hijriah.
Di sisi lain, produksi cabai di beberapa daerah seperti Brebes, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi, dan Jawa Barat diklaim bisa mencukupi kebutuhan nasional.
"Harga cabai yang melonjak menjadi suatu keprihatinan dan momentum di hari besar seperti Iduladha selalu terjadi dinamika harga pangan," kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo diberitakan Kantor Berita RMOLJabar, Senin (4/7).
Persoalan lain, kata dia, terletak pada konektivitas logistik dari sentra produksi ke pasar-pasar, bahkan antar daerah. Kaitan hal itu, Kementan terus berupaya melakukan mobilisasi dari daerah-daerah yang surplus cabai kedaerah-daerah yang defisit cabai.
Soal kenaikan cabai, Yasin Limpo tidak melihat hanya sebagai kerugian. Pasalnya, kenaikan harga ini membuat para petani senang.
"Para petani sangat menikmati. Tinggal menjaga konsumennya, supaya harganya juga stabil. Tentu, tugas Kementan itu ketersediaan, produktivitas," sambung Mentan saat kunjungan kerja sekaligus panen cabai bersama kelompok tani “Tani Mukti“ di Desa Sukawangi Kecamatan Pamulihan. (Rmol)