Suamiku adalah orang saleh, taat beribadah, ketika tiba waktu shalat, dia pasti bangun shalat. 3 hari sebelum Idul Qurban kemarin, rahangnya terasa sakit dan bengkak, sehari kemudian, dia tidak bisa makan, dan pada hari Idul Adha.
Dia hanya di mobil menyaksikan hewan kurbannya dipotong oleh Panitia hewan kurban di Masjid kami. Esoknya, kami bawa ke dokter di Rumah Sakit Hermina Makassar. Beberapa jam kemudian, beliau wafat di umur 74 tahun. Kami merelakan dengan duka yang mendalam.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Tiba saatnya, suamiku dipanggil dan diambil oleh Pemiliknya, Allah Swt. Sebelumnya, sejak era Pandemi Covid-19, beliau sudah kena penyakit Alzheimer. Saya bersama anak-anak dan cucu saya merasa kehilangan besar.
Beliau dikuburkan di tempat kelahirannya, di Pekuburan Keluarga Paccikong Baja, Labakkang, Pangkep, 11 Juli 2022 lalu. Saya yakin kami akan dipertemukan kembali oleh Allah di Surga-Nya, pungkas Lutfiah Hamid.
Acara Takziyah oleh Bapak Prof. Hafid Abbas kemarin malam terasa lengkap karena dilengkapi pembacaan Al-Qur’an oleh Hj. Bongariah; testimoni dan sambutan oleh beberapa orang dekat keluarga besar Almarhum Muhammad Rani Daeng Tangnga.
Setelah istri Almarhum, dilanjutkan oleh Katherine, seorang aktivis NGO, sahabat putri Almarhum, Sitti Hajar, yang sudah 3 kali ke Indonesia, yang memiliki kesan mendalam pada figur Almarhum.
Lalu, dilengkapi ungkapan turut berduka mendalam oleh Bapak Syaiful Hamid, Ketua KKSS New York; Ibu Elidawati Umar, CEO Elzatta Corporation; Bapak Dr. Arifi Saiman, Konsul Jenderal RI New York, dan doa oleh Dr. Muhammad Zain. (M. Saleh Mude)