"Bagaimanapun dan dengan alasan apapun, menggunakan instrumen kekerasan dalam politik semisal preman, akan merusak kualitas demokrasi, dan akan menjadi tontonan yang kurang elok bagi publik terutama di Sulsel. Dan ini jelas sekali merusak nama Golkar padahal Pak Kadir Halid ini orang Golkar. Harusnya mampu menahan diri, jangan melakukan hal yang dapat merusak citra partai," ungkapnya.
Dirinya pun menilai, sebagai senior Partai Golkar, Kadir Halid seharusnya memberi contoh sikap positif bagi kebesaran Partai Golkar Sulsel.
"Elit politik mesti menjadi examplary model bagi keadaban politik bagi khalayak banyak, setegang apapun situasi politik yang terjadi mesti direspon dengan sikap dingin dan rasional," tambahnya.
Dirinya berharap, para petinggi Partai Golkar bisa menjaga marwah organisasi. Apalagi, Golkar merupakan partai berpengalaman dalam mengahadapi konflik-konflik internal.
"Apalagi untuk konteks Golkar Sulsel. Golkar bagi publik merupakan pemain politik lama dalam pentas politik Indonesia, dan memiliki akar politik yang cukup dalam di masyarakat Sulsel. Maka sudah seharusnya para elit Golkar menjaga sikap dan respon politik mereka," pungkasnya.
Pengamat Politik Unibos Makassar, Arief Wicaksono menyebutkan, Golkar di Sulsel merupakan salah satu partai politik besar dengan banyak kader berpengalaman dalam berpolitik.
"Sebagai partai senior dalam perpolitikan Indonesia, Golkar dianggap mampu melewati semua riak-riak politik seperti yang saat ini tengah terjadi didalam tubuh DPD Golkar Sulsel," katanya.
Akademisi Unibos itu menilai kegaduhan politik dalam internal Golkar Sulsel akan selesai bila kedua pihak yang berseteru dapat saling menahan ego serta saling introspeksi diri demi kebesaran partai mereka, mengingat tahun politik sudah tidak lama lagi.
"Golkar Sulsel harus segera berkonsolidasi dan para kader perlu introspeksi diri serta menahan ego demi partai," kata Arief.
Dekan Fisipol Unibos itu melanjutkan, bila kegaduhan dalam internal partai mereka tidak segera teratasi akan menjadi kelemahan bagi Golkar.