Demikian juga berbagai jenis makanan bergizi yang sdh ada di sekeliling kita perlu tetap dipertahankan, seperti ubi jalar, kelor itu harus tetap dikonsumsi dengan pengolahan yang berbeda sesuai kebutuhan.
"Apa yang ada disekitar kita bisa menjadi bahan perbaikan gizi untuk mencegah stunting. Dengan berkreasi kita bisa membuat anak-anak kita mau mengkonsumsi sayur dan ikan," tukasnya.
"Pendekatan yang dilakukan harus berbasis ilmu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan daya saing anak-anak kita," tambahnya.
Terpisah, Deputi Litbang BKKBN Prof. Muh Rizal Martua Damanik mengatakan, launching ini sebagai upaya Pemkab Takalar bisa keluar dari permasalahan stunting.
"Kita sepakat dengan bupati dan ketua PKK untuk memberikan nama kampung kita kampung siaga stunting. Olehnya itu, Ibu hamil harus diperhatikan, rutin menimbang berat badan, dan memberikan edukasi ibu menyusui agar mau menyusui anaknya," jelas Prof Muh Rizal Martua Damanik.
"Alhamdulillah juga, kita sudah menyaksikan MoU antara Kemenag dan Pemkab Takalar yang nantinya para calon pengantin akan diberi edukasi tiga bulan sebelum menikah. Ini juga menjadi bagian dari upaya pencegahan dini stunting," katanya.
Prof Rizal menambahkan semua pihak dapat berperan dalam pencegahan stunting. Apalagi, data stunting di Indonesia sebanyak 24,4 persen dan di Takalar juga angka stuntingnya masih tinggi.