MAKASSAR, RAKYATSULSEL -
Sekertaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulsel, Abdul Hayat Gani, membuka Festival dan Expo Adaptasi Perubahan Iklim Dalam Rangka Program Konsorsium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan (Kapabel) di Hotel Aston Makassar, Kamis, 28 Juli 2022.
Dalam sambutannya, Abdul Hayat mengapresiasi berbagai program yang telah dijalankan Kapabel sejak 2021 lalu, dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan adaptasi perubahan iklim yang berdampak kepada peningkatan perekonomian masyarakat.
"Kami mengapresiasi keterlibatan Kemitraan Kapabel dengan dukungan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan lembaga internasional, Adaptation Fund," ujarnya.
Pelaksanaan program ini, kata Abdul Hayat, dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui teknik adaptasi yang ramah terhadap lingkungan. Khususnya bagi masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang yang menjadi lokasi pelaksanaan 'Pilot Project' tersebut.
"Melalui teknik yang ramah lingkungan ini, semoga seluruh masyarakat dapat menyadari pentingnya beradaptasi dengan perubahan iklim saat ini untuk masa depan kita," tegasnya.
Direktur Kapabel, Muhammad Ichwan Kadir, menjelaskan, kegiatan Festival dan Expo Kapabel 2022 yang dilaksanakan mulai tanggal 27-28 Juli 2022 ini merupakan ajang berbagi proses perjalanan, pembelajaran, serta hasil-hasil yang telah dicapai dari proyek ini.
"Kegiatan dengan tema Menuju Ketahanan Iklim Masyarakat berbasis Lanskap DAS di Sulawesi Selatan ini diharapkan akan memperkuat kesepahaman bersama para pihak tentang adaptasi perubahan iklim, khususnya dalam konteks lanskap DAS yang mencakup baik ekosistem dataran tinggi (pegunungan/hutan), hingga ke ekosistem perairan (hilir sungai dan pesisir)," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan Laode M Syarif menjelaskan, Kemitraan sebagai satu-satunya mitra yang terakreditasi oleh Adaptation Fund dengan dukungan dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Menurutnya, Kemitraan mendampingi lima proyek di berbagai daerah di Indonesia dengan satu misi utama yakni, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim.
"Bersama Kapabel, salah satu tujuan utama yang ingin kami capai adalah meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan memanfaatkan hasil alam selain pertanian, dengan cara-cara ramah lingkungan. Kami percaya ketika masyarakat tidak lagi tergantung pada pertanian dan tingkat kesejahteraannya meningkat, maka proses adaptasi perubahan iklim akan berjalan lebih lancar," terangnya.
Project Koordinator Kapabel M Gusti Zainal dalam paparan hasil dan capaian program Kapabel, menjelaskan, berdasarkan Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019, Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang merupakan Daerah Aliran Sungai Prioritas di Indonesia. DAS Saddang mengalir ke empat kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagian kecil wilayahnya terletak di Sulawesi Barat.
Ia mengatakan, saat ini hampir satu juta orang bergantung pada sumber daya yang tersedia di ekosistem DAS Saddang seluas 661.932 hektar. Namun tingkat risiko wilayah akibat perubahan iklim terkait dengan tingkat bencana di DAS Saddang menunjukkan, 93 persen desa di sekitarnya rentan terhadap dampak perubahan iklim.
"Terutama dalam hal ketersediaan dan akses pangan (ketahanan pangan) seperti penurunan produksi pangan dan perkebunan, gagal panen akibat banjir dan kekeringan. Di Kabupaton Enrekang, terjadi penurunan produksi pertanian akibat pembusukan betang buah, serangan penyakit dan hama, dan perubahan morfologi hasil pertanian," ujarnya.
Masalah tersebut, ucap Gusti, hadir akibat masyarakat kurang mampu mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan anomali cuaca yang terjadi. Berbagai lantangan tersebut membutuhkan langkah antisipasi lebih dini agar masyarakat di sekitar DAS Saddang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.
Untuk diketahui, Proyek Adaptasi Masyarakat Ekosistem DAS Saddang Berbasis Pengelolaan Pangan Hutan didukung oleh Adaptation Fund, bekerjasama dengan Kemitraan (Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan) yang diimplementasikan oleh Konsorsium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan (Kapabel) yang terdiri dari lima lembaga yaitu, Yayasan Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM) selaku Lead Konsorsium, Yayasan Alumni Kehutanan Unhas (YAKU), Puslitbang National Heritage Biodiversity, and Climate Change Universitas Hasanuddin, Kanopi Hijau, dan Bumi Lestari.
"Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan ketahanan pangan masyarakat DAS ekosistem Saddang sebagai upaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim," tutup Gusti. (*)