Jika “tsunami” informasi tak dapat dicegah, maka jangan heran berita hoaks, kabar palsu, serta informasi menyesatkan akan semakin masif memengaruhi publik, sehingga “tsunami” informasi yang terus terjadi, perlahan dan pasti akan berubah menjadi sebuah kebenaran.
Tentu ini akan berbahaya bagi eksistensi sebuah pemerintahan. Nah, peran Humas Pemerintah sangat krusial dalam menangkal “tsunami” informasi yang ada. Tanpa strategi dan manajemen komunikasi yang baik dan konseptual, maka Humas akan menjadi bisu, tuli dan buta.
Thoriq Ramadani yang tampil sangat menginspirasi pada Workshop Penguatan Kehumasan bagi Pranata Humas kemarin mengatakan bahwa Humas Pemerintah memegang peranan penting dalam upaya membentuk citra, meningkatkan citra dan menjaga citra pemerintah.
Ia mengemukakan ide brilian dalam bukunya yang berjudul “Siapa Humas? Mengenal Ujung Tombak Komunikasi”. Dalam bukunya itu, ia ingin ada pemberian rating “Bintang Lima” kepada Humas Pemerintah, mengadopsi pemberian rating kepada pengemudi berbasis aplikasi.
Saya sangat mendukung gagasan itu. Menjadi “Humas Bintang Lima” yang dimaksud Magister Terapan Administrasi Publik Politeknik STIA LAN Jakarta tersebut adalah agar Humas Pemerintah di semua level dapat berkontribusi sebagai pembentuk dan penjaga citra pemerintah.
“Humas Bintang Lima” yang dimaksud Ketua Umum Iprahumas ini adalah Humas harus memberikan informasi cepat, valid, dan terkonfirmasi, Humas wajib menjaga hubungan baik dengan stakeholder, Ikut organisasi profesi Humas, Humas harus terus belajar; dan Humas harus menerima tantangan melalui kompetisi.
Thoriq menyebutkan, kata Lukman, dengan upaya tersebut, mulai dari memberikan informasi yang cepat, valid, dan terkonfirmasi. Menjaga hubungan baik dengan stakeholder, mengkuti organisasi profesi, terus belajar serta menerima tantangan melalui kompetisi, maka diharapkan humas akan mendapatkan rating bintang lima dari para stakeholder. (*)