OPINI: Malik Toding: Spirit Saudagar dan Pesan ke Diaspora asal Sulsel

  • Bagikan
Malik Toding (tengah) Bersama Keluarga

Dia tanya saya yang memang lagi mengatur posisi isi Gudang bahan baku. Pertanyaannya, sama orang Jerman, dia cari bos atau pemilik restoran saya. Saya jawab, “saya adalah pemilik restoran ini.” Ternyata dia tidak percaya karena melihat pakaian saya, sederhana.

Tapi belakangan, ketika dia datang loading bahan baku lagi, dia langsung hormat ke saya, mungkin setelah dia tanya dan dapat jawaban dari bos dia, tempat saya memesan bahan baku. Sekali lagi, itu tidak masalah bagi saya, jika saya harus memerankan dua tugas, sebagai pemilik dan karyawan. Itu komitmen saya melayani pelanggan sebaik mungkin.

Ketika Malik Toding ditanya, apa harapan pada sesama perantau atau diaspora Indonesia, khususnya asal Sulawesi Selatan? Dia menjawab bahwa:

Kita ini sebenarnya sama dengan perantau asal negara lain, misalnya dari Turkiye, Maroko, atau Cina. Kita juga bisa maju asalkan memiliki komitmen untuk maju dan bekerja keras, selalu utamakan kejujuran dan melayani pelanggan sebaik mungkin.

Saya sering berpesan ke karyawan saya, yang umumnya anak-anak mahasiswa Indonesia yang sekolah di Belanda, tidak punya beasiswa dari pemerintah Indonesia. “Ini makanan enak dan lebih enak lagi jika disajikan ke pelanggan dengan senyum lebar dan ramah. Pelanggan pasti senang dan ingin kembali lagi ke restoran kita.

Terakhir, ketika saya tanya, apa harapan Malik Toding ke depan? Dia menjawab dan mohon doa restu agar impiannya melebarkan sayap bisnisnya, di samping restoran, kelontong atau toko sembako, juga sedang mengincar bisnis properti di Den Haag, Belanda. “Saya melihat lahan bisnis properti ini sangat potensial dan belum banyak digarap oleh diaspora Indonesia.

  • Bagikan

Exit mobile version