"Kami di Partai Perindo terbuka. Caleg milenial peluangnya dan sangat berpotensi mendulang suara. Kita terbuka bagi siapa saja," kata Hilal.
Menurutnya, partai politik pastinya menginginkan memperoleh suara sebanyak-banyak dan bisa mendudukan kadernya lebih dari satu orang di setiap Daerah Pemilihan (Dapil).
"Kita tetap terbuka dengan caleg muda. Tapi kami di partai tentu akan melihat dulu potensinya, apakah memiliki peluang untuk duduk atau bagaimana. Karena kami tidak ingin menjadi pelengkap saja," jelasnya.
Terpisah, Direktur Profetik Institute, Asratillah mengatakan, peluang caleg muda yang di dorong partai politik cukup berpeluang duduk di parlemen.
"Dukungan suara pemilih milenial juga mendominasi jumlah daftar pemilih sehingga peluangnya cukup besar mendapat kursi, apabila mereka lebih intensif turun ke konstituen," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, bagi caleg muda harus lebih mengenal karakter pemilih untuk bisa didorong program yang menyentuh langsung ke masyarakat.
"Walaupun demikian bukan jaminan bahwa pemilih yang berumur milenial belum tentu secara otomatis memilih caleg milenial pula," tuturnya.
"Tergantung sejauh mana para caleg milenial mampu mengidentifikasi dengan tepat kebutuhan spesifik segmen pemilih milenial. Tentu untuk mengidentifikasi aspirasi pemilih milenial membutuhkan riset terutama yang menggunakan pendekatan kualitatif agar hasilnya bisa lebih mendalam," sambungnya.
Ditambahkan, setelah mengidentifikasi aspirasi pemilih milenial, maka para caleg milenial harus mampu membangun semacam similarity alias kedekatan dan kemiripan harapan politik dengan para milenial.