BBM Naik, Organda Sulsel Langsung Sesuaikan Tarif Angkutan Umum

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kenaikan harga BBM juga membuat beberapa sektor mengalami kenaikan salah satunya tarif angkutan umum.

Ketua Organisasi Angkatan Darat (Organda) Sulsel, Zainal Abidin mengatakan tarif angkutan umum kota atau pete-pete mengalami penyesuaian tarif sebesar 10 persen. Yakni sebelumnya bertarif Rp7 ribu kini menjadi Rp9 ribu.

Tarif tersebut sudah mulai berlaku per tanggal 5 September 2022. Zainal mengaku pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada koordinator dari masing-masing jalur untuk penempelan sticker yang dikeluarkan oleh Organda.

"Itu sudah pasti akan kita lakukan penyesuaian karena, dimana kenaikan harga BBM itu sangat signifikan sekali, 30,7 persen kenaikannya. Dari harga 7.650 naik menjadi 10 ribu," ungkapnya Senin (5/9/2022).

Tarif tersebut kata dia, berlaku hanya untuk dua jalur saja yaitu dari jalur Sentral melewati jalan tol hingga simpang lima dan juga untuk jalur Sentral, Perintis dan Sudiang. Namun, untuk jalur lainnya, hanya dikenakan tarif Rp8 ribu.

"Kemudian Sentral, Perintis sampai Sudiang itu Rp9 ribu karena memang jaraknya jauh. Yang lain itu, jauh dekat Rp8 ribu," ucapnya.

Lanjut, Zainal menyebut khusus untuk tarif para pelajar dikenakan biaya sebesar Rp5 ribu yang semula hanya Rp3 ribu.

Ia mengatakan tarif yang sudah ditetapkan ini telah melalui pertimbangan yang cukup matang. Di mana, tarif tersebut disesuaikan dengan kemampuan masyarakat pengguna transportasi umum atau pete-pete.

"Kenaikan 10 persen yang kami lakukan ini, semoga saja pengguna angkutan umum tidak lari dan tetap menggunakan pete pete di kota Makassar. Kalau kita ikuti kenaikan presentasenya pemerintah itu kan jauh 30 persen, sementara kami hanya 10 persen karena beberapa pertimbangan," jelasnya.

Zainal menuturkan kenaikan harga BBM kali ini merupakan sejarah baru bagi Indonesia. Pasalnya, kata dia, jika dibandingkan dari kenaikan harga BBM di tahun-tahun sebelumnya, tahun ini yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni 30,7 persen.

"Ditahun 2009, 2013, 2014 itu rata rata kenaikan 500 rupiah. 2 tahun terakhir ini kan, sudah berapa kali terjadi perubahan harga di pertalite. Sudah 3 kali di tahun 2021," terangnya.

Lebih jauh, Zainal menuturkan pekan depan pihaknya akan melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Perhubungan Sulsel untuk membahas mengenai penyesuaian tarif untuk beberapa tramsportasi yang lain.

"Nanti kita akan bahas di hari Kamis, kita akan bahas termasuk penyesuaian tarif taksi konvensional, AKDP Panther, AKDP Bus, dan AKAP untuk antar provinsi," jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Muhammad Arafah membenarkan informasi tersebut. Dirinya menyebut pada rapat yang akam dilakukan pada pekan depan untuk membahas antisipasi akibat kenaikan harga BBM.

"Tarif itu sudah pernah kita rapatkan berkali-kali yang taksi online itu yang rencana hari Kamis itu rapat pembahasan terkait dengan antisipasi akibat kenaikan BBM itu. Baru rapat koordinasi kan kita harus merujuk pada petunjuk teknis dari kementerian nanti sampai hari ini kan belum," tuturnya.

Pakar Transportasi Lambang Basri berpandangan, kenaikan tarif transportasi pasti akan berubah, karena biaya perawatan angkutan, diantaranya sperpart kendaraan, tentunya akan memiliki kenaikan harga dari naiknya harga BBM.

"Dampak untuk para pekerja di bidang transportasi, tidak hanya berkurangnya pendapatan, akan tetapi bertambahnya beban, karena anggota keluarga sendiri pasti memiliki pengeluaran pengeluaran yang bertambah dari biaya harian untuk setiap anggota keluarga dalam bertransportasi," katanya.

Menurutnya, pemerintah mestinya memikirkan hal lain selain dari menaikkan Harga BBM, yaitu dengan cara melakukan pembatasan penjualan kendaraan atau lebih menggalakkan penggunaan transportasi umum.

"Pemerintah mestinya berinovasi dengan cara menciptakan regulasi yaitu untuk kantor kantor yang memiliki lahan parkir yang sempit membatasi para pekerja untuk menggunakan kendaraan pribadi serta melakukan pelarangan parkir dijalan jala. Di luar dari area kantor," tegasnya.

Salah satu sopir pete-pete, Aminuddin mengemukakan, kenaikan tarif ini meski menyesuaikan dengan BBM.

"Karena pada tarif sebelumnya saja penumpang kurang, apa lagi sudah BBM naik. Sekarang sudah berpikir ulang kali orang untuk naik pete-pete," katanya.

Menurut dia, dengan kenaikan ini pegawai swasta saja yang gajinya rata-rata Rp 3 juta, merasa tidak cukup. Apalagi hanya sebagai sopir pete-pete yang pendapatannya tidak menentu

"Dengan BBM naik ini, pegawai saja merasa menderita dengan gaji Rp3 juta. Apa lagi kami yang pendapatan tidak sampai satu Rp1 juta tiap bulannya.

Ia berharap, pihak terkait memberikan solusi dengan adanya kenaikan BBM ini. "Harapannya berikan solusi bagi kami, yang benar-benar terdapak dari kenaikan BBM," jelas Aminuddin.

Sedangkan, Wakil Direktur PT Borlindo Jaya Mandiri, Hermon Sumule menuturkan, kenaikan tarif bus penumpang antarkota di Sulsel mengalami kenaikan 10 sampai 20 persen.

"Ada harga 10 persen sampai 20 persen metoknya. Contoh rute Makassar - Parepare dari Rp 350 ribu menjadi 400 dengan kenaikan Rp 50 ribu. Makassar - Toraja dari Rp 200 ribu menjadi Rp 220 ribu," pungkasnya. (*)

  • Bagikan