Saat ini kerjasama antara Sulawesi Selatan dan Jepang sangat potensial untuk ditingkatkan, terutama di bidang agrikultur dan perikanan. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam ekspor produk agrikultur dan perikanan adalah kualitas dan food safety.
Lebih lanjut, untuk menarik investasi Jepang, Pemerintah Daerah perlu menawarkan keunggulan komparatif , berupa transparansi dan predictability.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, H.E. Mr. Djauhari Oratmangun menyampaikan insight mengenai sektor ekonomi pendorong pemulihan ekonomi dan penarik investor Tiongkok.
Diperlukan kerja sama dengan importir Tiongkok dapat didorong melalui keberadaan sister city antara kab/kota di Sulawesi Selatan dengan daerah di Tiongkok serta konsistensi untuk dapat memenuhi permintaan dan syarat ekspor masuk ke Tiongkok.
"Dalam upaya untuk meningkatkan ekspor ke Tiongkok, Pemerintah Indonesia melalui KBRI juga terus melalukan diplomasi untuk pembukaan akses pasar ke Tiongkok," tukasnya.
Sementara, Guru besar FEB UGM, Prof. Mudrajad Kuncoro menyampaikan pemaparan mengenai Dinamika Pengelolaan Ekonomi Regional. Prof. Mudrajad menyampaikan di era industri 4.0 dan pandemi, ekonomi daerah harus dipercepat pemulihan ekonominya dengan beberapa hal.
Seperti, Mengenali & memanfaatkan potensi ekonomi di tiap provinsi, kabupaten, kota, desa di daerah, Meningkatan daya saing dan investasi daerah dengan memecahkan hambatan utama yang dihadapi: tingkatkan pemasaran daerah, akses modal, bahan baku, perijinan.
Mendorong tumbuhnya wirausaha muda daerah dengan: Iklim bisnis di daerah harus kondusif. Pemda harus menjadi fasilitator/stimulator bagi investasi dan bisnis di daerah. Perijinan yang cepat, mudah, dan bebas korupsi/pungli/gratifikasi dan Memperkuat litbang.
"Terdapat tiga industri utama yang perlu didorong di Sulsel, yaitu perikanan, agrikultur dan pariwisata," jelasnya. (*)