MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Makassar menggelar workshop pengembangan potensi pemuda dengan tema Pemenuhan Hak dan Etika dalam berinteraksi. Kegiatan ini dilaksanakan di Aerotel Smile Makassar Jalan Muchtar Lutfi no 38.
Pada kesempatan itu, hadir 150 pemuda. Rinicannya, 80 orang penyandang difabel dan para pemerhati difabel. Agenda ini berlangsung dua hari, 13-14 September 2022.
Kepala Dispora Kota Makassar, Andi Patiware, menyampaikan kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dan perhatian dengan teman penyandang difabel. Ia berharap pengembangan potensi pemuda bisa terpenuhi tanpa terkecuali.
"Hal ini memang salah satu bentuk komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar bahwa mereka tentunya harus diperhatikan dan memang ini merupakan isu global. Mereka juga berhak di berikan ruang," ungkap Andi Patiware, Kamis (15/9).
Terpisah, Kepala Bidang Pengembangan Pemuda Dispora Kota Makassar, Bryan R Brahman, mengungkapkan jika membahas keberadaan pemuda, tentunya tidak mengabaikan kaum difabel dan mereka semuanya harus dilibatkan dalam kegiatan apapun yang positif.
"Difabel bukan tidak mampu, akan tetapi kemampuan yang berbeda," kata Bryan.
Lanjut Bryan, dalam interaksi mestinya ditimbulkan sikap inklusif yaitu dengan memenuhi hak dan adanya memahami agar terciptanya kolaborasi serta komunikasi yang baik antara pemuda dan teman penyandang difabel.
"Dalam workshop ini ada beberapa item bagaimana kami memberikan simulasi interaksi dengan melibatkan pemuda dan penyandang difabel untuk berkolaborasi," jelasnyam
"Harapannya, dihari yang akan datang semua pihak jika melaksanakan kegiatan indor maupun outdor ataupun keolahragaan selalu melibatkan teman penyandang difabel sebagai salah satu tercapainya konsep inklusif," tambahnya.
Sementara, Aktivis Difabel, Abd Rahman akrab disapa 'Gusdur' menyampaikan forum yang dilaksanakan oleh Dispora Kota Makassar merupakan salah satu langkah untuk menyatukan para pemuda dan penyandang difabel yang mestinya selalu saling berinteraksi.
"Kita akui teman penyandang difabel memiliki kemandirian, akan tetapi beberapa hal yang memang perlu pendampingan dan tentunya harus di dukung oleh teman teman pemuda yang memiliki perhatian dan memberikan pehaman pemuda agar tidak terjadi lagi bullying," jelas Gusdur.
Dia menjelaskan konsep yang ada di masyarakat selalu menempatkan para penyandang difabel itu tidak mampu berbuat apa-apa.
"Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dispora ini merupakan salah satu langkah untuk menyingkirkan paradigma penyandang Difabel tidak mampu berbuat apa-apa, dengan kegiatan ini bisa menjadi pemantik kesadaran inklusif yang terus menerus," pungkasnya. (Abu Hamzah)