Sementara itu, Ketua GMKI Makassar Janoval Leatemia menyoroti soal penyelenggara pemilu yang terkadang mendapatkan intimidasi dari berbagai pihak agar dalam kontestasi tersebut dia bisa menjadi pemenang.
"Praktik kecurangan ini harus dapat perhatian serius, maka leran aktif mahasiswa ini juga dibutuhkan disitu, mengawal penyelenggara Pemilu agar mereka bisa menjadi wasit yang betul-betul adil. Serta suara masyarakat bisa tersalurkan dengan baik," ungkap Janoval.
Hal lain turut disuarakan oleh Yustina Parera dari PMKRI Makassar. Dia meminta agar mahasiswa ataupun anak milenial tidak golput dalam Pemilu 2024 mendatang.
"Persoalan kita dalam Pemilu selalu berulang, salah satunya adalah masalah data pemilih yang tidak pernah selesai-selasai. Ini perlu menjadi perhatian kita semua, terutama anak-anak muda. Kontribusi aktif anak muda dibutuhkan, caranya dengan berpartisipasi aktif melakukan pengawasan, kedua melakukan pendampingan kepada pemilih pemula karena ini rentan, lalu ketiga adalah kita jangan jadi kaum yang golput alias tidak memilih," jelas dia.
Terakhir, Muhammad Arsyi Jailolo Ketua HMI Makassar, menyebut organisasi ekstra kampu diharapkan akan mampu melahirkan anak muda yang bisa berpartisipasi dalam kontestasi Pemilu di tahun 2024.
"Pendidikan politik harus yang utama, nah tempatnya adalah bisa di organisasi ekstra kampus, misalnya yang tergabung di Cipayung, ada HMI, PMII, KAMMI dan yang lain. Ini berfungsi sebagai awal melahirkan mahasiswa atau anak muda yang melek politik tapi tidak pragmatis. Karena, ada juga kita dapatkan anak-anak muda yang pragmatis," pungkas Arsyi. (*)