MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Ikatan Guru Indonesia (IGI) kembali menggiatkan salah satu kanal pelatihan yaitu pelatihan menulis buku dalam Gerakan Satu Guru Satu Buku (Sagusaku). Gerakan ini merupakan sarana pelatihan yang memiliki tujuan agar guru di Indonesia dapat membuat karya tulis minimal satu buku solo.
Kegiatan ini berangkat dari beberapa fakta dan data bahwa tingkat literasi guru masih cukup memprihatinkan. Sementara keteladanan guru sangat diperlukan untuk bisa menginspirasi para siswa siswinya mengenai hal tersebut. Guru yang mempunyai karya tulis selain dapat mempermudah pada jenjang karir, juga akan memberikan literatur tambahan pada bidang-bidang yang ditulisnya.
Sagusaku ini diselenggarakan dalam perhelatan Global Educational Supllies dan Solutions atau GESS Asia di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (15/9/2022). GESS Asia tersebut merupakan pameran khusus sektor pendidikan yang menjadi ajang bergengsi bagi para penyedia produk dan jasa serta teknologi untuk dunia pendidikan.
Adapun peserta dalam pelatihan sagusaku kali ini berasal dari beberapa perwakilan IGI daerah dan IGI wilayah di seluruh Indonesia yang berjumlah 100 peserta.
“Menulis merupakan aktivitas dalam menuangkan pikiran atau ide-ide dalam bentu teks yang mudah di baca dan dipahami," kata Sekretaris Jenderal IGI, Hibatun Wafiroh.
Dia juga memberikan motivasi kepada para peserta Sagusaku yang diambil dari perkataan Imam Ghazali yaitu “Bila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah!”.
Adapun materi yang disampaikan dalam pelatihan Sagusaku kali ini yaitu tips menulis cerpen, teknik sitasi dan manajemen reference tools serta mengubah hasil karya penelitian menjadi buku. Materi ini akan berlanjut untuk lebih diperdalam pad akegiatan Sagusaku dalam jaringan (daring).
Wakil Ketua Umum IGI, Abdul Wahid Nara menyatakan banyak keuntungan akan didapatkan guru manakala menjadi penulis buku. Di antaranya, kata dia, guru menguasai disiplin ilmunya dengan sangat baik. Alasannya, penulis buku akan berusaha mencari, membaca, dan menelaah setiap referensi yang akan digunakan sebagai bahan kepenulisan buku.
Lebih jauh Wahid menyatakan, karena guru telah menulis buku, tentu akan menjadi orang pertama yang mengetahui metode atau model pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan menyampaikan materi pelajaran. Selain itu, dengan menulis buku, guru lebih menjaga wibawa di depan siswa.
"Guru yang baik adalah guru yang menjadi inspirator dan motivator bagi muridnya. Setiap guru pasti pernah menyuruh murid-muridnya agar. Mestinya guru tidak hanya menyuruh muridnya agar menulis tetapi guru mampu menunjukkan karya tulisnya. Di hadapan murid-muridnya itu, tentu guru akan disegani dan dihormati sehingga kewibawaan pun diperoleh," imbuh Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Pinrang, Sulawesi Selatan ini.
Adapun narasumber Sagusaku di perhelatan GESS Asia kali ini yaitu Neli Fori Karliana selaku Ketua Bidang Literasi Pengurus Pusat IGI, Arifah Suryaningsih dan Nokman Riyanto yang merupakan Anggota Bidang Literasi PP IGI.
“Alhamdulillah Sakusaku kembali menggeliat secara nasional. Di daerah kami tetap konsisten menggunakan kanal sagusaku di setiap pelatihan. Semoga momen ini adalah langkah yang baik untuk Sagusaku lebih berkembang” ujar Fitriah salah satu peserta asal Riau. (*)