"Pada Pemilu 2019 lalu, NasDem sebenarnya nyaris meruntuhkan hegemoni Golkar selama lebih dari satu dekade pemilihan langsung. Golkar meraih 833.38 dan NasDem dengan 684.533 disusul Gerindra dengan 645.464 suara," katanya.
Lalu, apakah tekad menjadi pemenang di 2024 bisa terwujud? Nurmal menuturkan, jika berbicara peluang politik di kontestasi perebutan suara seperti Pemilu, maka sejumlah faktor menentukan.
Salah satu yang paling berperan adalah kelengkapan struktur dan konsolidasinya. "Dalam pengamatan saya, NasDem punya keunggulan di sektor ini. Partai Golkar, secara struktural memang sangat lengkap karena sudah pakem sejak lama. Namun, Golkar harus diakui kalah dalam menggalang konsolidasi struktural," tuturnya.
Lanjut dia, NasDem sudah memastikan setiap fungsi struktural hingga tingkat Desa/Kelurahan telah berjalan dengan baik dan bahkan mereka kini bergerak menuju struktur terdekat pemilih yaitu RT/RW yang nantinya akan memudahkan mereka melancarkan strategi perebutan suara di tingkat TPS.
"Amat jarang partai yang mampu membangun struktural dengan lengkap disertai konsolidasi berkesinambungan seperti itu," terangnya.
Sementara Golkar, kini masih berkutat dengan masalah struktural internal yang masih bermasalah. Untung saja, Golkar sedikit tertolong dengan gerakan massif yang dilakukan oleh kader senior mereka Ilham Arief Sirajuddin yang aktif melakukan konsolidasi, meski bukan konsolidasi struktural.
"Untuk membangun kondisi itu, maka memang diperlukan pengurus provinsi yang punya energi kuat dengan banyak inovasi disertai kemampuan finansial yang bagus," jelasnya.
Faktor lainnya adalah strategi perekrutan calon anggota legislatif (caleg). Pemilu 2024 dengan sistem proporsional terbuka membuat area perebutan suara bukan lagi mempertaruhkan elektabilitas parpol, tapi lebih dari itu yaitu mempertaruhkan daya tarik caleg.
"NasDem memilih melawan arus penentuan caleg dengan memberi ruang figur eksternal dan meminggirkan sedikit faktor kaderisasi. Ini hal yang berbeda dengan Golkar yang masih mengandalkan pakem kaderisasi untuk penentuan calegnya," jelasnya.
"NasDem menempatkan kadernya dalam dua bagian segmen yaitu pekerja dan petugas partai. Pekerja partai berjuang untuk membesarkan elektabilitas partai, sementara petugas partai selain menaikkan elektabilitas partai juga berjuang untuk menggaet dukungan lewat pencalonannya di legislatif," lanjut Nurmal.