"Jadi memang, kemajuan teknologi digital itu, menuntut kita untuk selalu berkembang. Katakanlah bagaimana kita juga mengembangkan potensi diri, SDM karena terkadang hacker-hacker ini ada keinginan memang hanya untuk sekadar menguji kemampuannya dan sekarang yang menarik mereka katakanlah website-website yang mampu membuat mereka viral secepat cepatnya semacam website pemerintahan itu kan saat diretas itu cepat viral," jelasnya.
Maka dari itu, Amson menyebut para peretas (hacker) memiliki kecenderungan untuk mendapat perhatian, dan juga ada kejahatan didalamnya seperti membeberkan data-data dan hal tersebut dapat masuk ke dalam ranah pelanggaran Undang-Undang sehingga bisa dikenakan sanksi pidana.
"Jadi memang, kejahatan kejahatan terkait ini memang perlu diantisipasi karena data kalau dinilai itu sangat mahal, malah ada anekdot yang mengatakan data itu lebih mahal daripada minyak. Makanya ramai orang ingin meretas untuk mendapatkan itu, karena itu dianggap salah satu kekayaan yang bisa menghasilkan," tegasnya.
Pengamat IT Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Indra Bayu menduga kejahatan hack yang dilakukan Bjorka dilakukan secara berkelompok, dengan melihat fenomena yang begitu cepat. "Itu praduga saya, jika dilihat secara logika," ungkapnya, (26/8/2022).
Dia menyampaikan, kemungkinan data-data, seperti Disdukcapil, data KPU, dan data lainnya diperoleh dari dark web. "Dark web ini kan tempatnya para hacker, menjual dan membeli data, ini praduga saya," tambahnya.
Ia berpendapat, mestinya para officer security dipilih orang-orang yang berkompeten, dengan keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan. "Saya menyarankan officer security ini bekerja sama dengan perusahaan penyedia jasa officer security," kata Bayu.
"Security officer ini layaknya penjaga rumah, jika kebobolan server pada suatu tempat, ya itu tugas penjaga rumah yang harus maksimal dengan keahliannya," tekan Bayu.
Ia juga berpendapat masyarakat juga diberikan litarasi digital, untuk menjaga data, dengan melihat peristiwa yang sangat sering terjadi di masyarakat.
Sebelumnya, situs resmi milik Pemprov Sulawesi Tenggara (Sultra) telah diretas oleh hacker Bjorka. Pemprov Sultra melaporkan peretasan tersebut.
"Diretas kemarin kami analisa dari jam 7 malam sampai jam 10 malam. Di situ yang retas dia atas namakan Bjorka," ujar Kepala Diskominfo Sultra Ridwan Badalah.
Ridwan Badalah mengatakan tim cyber Pemprov Sultra telah turun tangan sejak awal peretasan terjadi. Komunitas hacker di Kendari juga disebutnya ikut membantu memulihkan situs tersebut.