MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang melanda hampir seluruh wilayah di Sulsel. Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan bencana alam, khususnya banjir dan tanah longsor.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulsel terkait dengan kabupaten dan kota terdampak bencana seperti angin kencang dan banjir periode Januari-September 2022 ada 528 kasus, korban jiwa 22.132 dan kerugian sebesar Rp48,2 miliar.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD) Provinsi Sulsel Muhammad Firda menyampaikan berdasarkan hasil analisis pada tahun 2021 yang lalu oleh BPBD Sulsel, potensi bahaya banjir dan tanah longsor di Sulsel berada pada kelas sedang dan tinggi. Sehingga, dirinya ingatkan warga waspada terhadap dua hal tersebut.
Menurut Firda, Gubernur Sulsel selalu menginstruksikan ke BPBD dan instansi terkait lainnya untuk lebih siaga dalam menghadapi cuaca ekstrem saat ini. Jika terjadi bencana harus turun memberikan bantuan langsung segera.
"Potensi bahaya banjir di Sulsel dengan Kelas Sedang terdapat pada dua daerah, yaitu Bantaeng dan Jeneponto. Sedangkan 21 daerah lainnya berada pada kelas tinggi. Sementara potensi bahaya tanah longsor di Sulsel dengan kelas sedang terdapat pada dua daerah, yaitu Takalar dan Wajo, sedangkan yang lain berada pada kelas tinggi," ungkap Firda, Kamis (13/10).
Firda menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan BPBD Sulsel sejak dini guna mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor. Mulai simulasi penanggulangan bencana pada wilayah yang berpotensi.
"Seperti yang telah dilaksanakan di Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare yakni simulasi banjir dan di Malino, Kabupaten Gowa untuk simulasi tanah longsor," ujarnya.
Tak berhenti disitu, sambung Firda, pihaknya juga intens melakukan koordinasi dengan BPBD di semua daerah dalam hal meningkatkan kesiapsiagaan daerah. Baik personel, peralatan maupun logistik bencana melalui grup Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB).