ENREKANG, RAKYATSULSEL - Beredar rekaman pernyataan Bupati Enrekang, Muslimin Bando yang memantik pembicaraan publik, saat membuka acara sosialisasi kebencanaan yang dilaksanakan di ruang pertemuan Cafe Maballo, Jumat (13/10).
Dalam rekaman berdurasi 4 menit 39 detik itu, Muslimin Bando menilai pemberitaan media tentang bencana alam yang terjadi selama ini berlebihan dan cenderung dilakukan untuk mempublikasi keburukan pemerintah.
"Itu juga wartawan, jangan berbangga-bangga bahwa perlu ini (bencana) dipublikasi supaya menjadi cacat daerah. Apa salahnya kalau kirim dulu ke Forkopimdanya bahwa di sini ada bencana terus turun sama-sama," kata Muslimin Bando.
Baginya, kontribusi kepada korban bencana alam dari wartawan harusnya berupa uang, karena masyarakat tidak butuh pemberitaan, melainkan sebuah pemberian yang jelas.
"Terus kalau ada uangta, bawaki juga. Jangan cuma bermodalkan mi (mie instan) ji saja. Apa manfaatnya kepada masyarakat kalau hal buruk saja yang dituliskan. Kalau ada sumbangan, hilangmi. Mana juga uangmu?" lanjutnya.
"Saya blak-blakan saja, saya tidak simpan-simpan. Saya jengkel kalau informasinya sudah sampai Jakarta (pemerintah pusat). Hanya mencari panggung di atas penderitaan orang lain, tidak boleh begitu," pungkasnya.
Sementara itu, Siswanto Rawali, akedemisi dari Universitas Lambung Mangkurat memaknai pernyataan bupati tersebut sebagai keinginan supaya semua elemen menyatukan potensi untuk mengantisipasi dan menangani bencana di Enrekang, termasuk elemen pers.
"Hanya saja cara penyampaiannya yang kurang pas. Seharusnya, bupati memahami tugas wartawan memang memberitakan peristiwa dan seharusnya pemerintah daerah bersyukur dengan adanya wartawan yang banyak memberitakan daerah kita," tutup Siswanto. (B)