RAKYATSULSEL - Kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di Indonesia dilaporkan terus bertambah.
Teranyar, enam anak di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik di Kota Medan, meninggal dunia karena penyakit gagal ginjal akut misterius.
Kemenkes juga melaporkan, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terjadi peningkatan terutama dalam dua bulan terakhir.
Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia 1-5 tahun.Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta orang tua untuk tidak panik, tenang namun selalu waspada.
Terutama apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti ada diare, mual ,muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSUP Adam Malik dr Rosmayanti Syafriani mengatakan, pihaknya telah merawat tujuh anak penderita ginjal akut misterius sejak Juli 2022.
"Dari tujuh kasus itu, satu kasus berhasil ditangani dan pasien sudah sehat. Namun enam kasus tidak bisa diselamatkan," katanya, dikutip dari Antara, Rabu 19 Oktober 2022.
Ia menyebutkan, anak-anak yang meninggal akibat gagal ginjal akut tersebut berusia 1 tahun hingga 5 tahun. Mereka berasal dari Kota Medan dan beberapa kabupaten/kota di Sumut.
"Kasus terakhir ditangani terhadap anak usia dua tahun asal Medan. Kita sudah lakukan tindakan sesuai dengan prosedur Kemenkes terkait pasien dengan gejala ginjal akut," katanya.
Ia menambahkan, faktor utama penyebab ginjal akut yang menyerang anak-anak ini belum bisa dipastikan, apakah faktor dari makanan atau yang lainnya.
Namun kata dia, pasien dengan yang mengalami penyakit itu datang dengan kondisi perburukan yang sangat cepat dan mengalami gejala awal tidak bisa kencing atau kencingnya sedikit sekali dibandingkan dalam keadaan normal.
"Sampai saat ini kita pun belum bisa atau belum dapat menentukan penyebab utama penyakit tersebut," katanya.Dokter spesialis anak dr. Fitria Mahrunnisa, M.Sc., Sp.A., mengingatkan para orang tua wajib memonitor gejala infeksi dalam 14 hari terakhir jika anaknya mengalami sakit.
"Jadi, pada 14 hari itu kita harus concern, apakah ada gejala yang mirip-mirip gangguan ginjal akut atau enggak. Kita edukasi ke orang tua itu 14 hari terakhir yang tetap kita harus monitor," kata Fitria dikutip dari Antara.
Ia menjelaskan gejala infeksi yang patut diwaspadai dalam 14 hari terakhir itu adalah demam, gejala pernapasan seperti batuk, pilek, atau gejala saluran pencernaan seperti diare dan muntah.
Kasus gangguan ginjal akut ini banyak dijumpai pada anak usia di bawah lima tahun dan saat ini sudah menyebar ke sejumlah kota besar di Indonesia.Selain melihat gejala demam, tambah Fitria, orang tua juga harus memperhatikan perubahan pada warna urine anak dan intensitas buang air kecilnya.
"Jadi, gangguan ginjal akut itu pasti kelihatannya dari urine. Kalau yang hanya ringan itu pipisnya kayak hanya berkurang atau lebih pekat," ucapnya.
Jika gejala gangguan ginjal akut sudah lebih berat, muncul tanda kegawatan pada anak, yakni mengalami penurunan kesadaran, gangguan nafas sampai sesak nafas.
Dokter lulusan Universitas Gajah Mada itu meyakini bahwa gangguan ginjal akut masih bisa disembuhkan selama penyebabnya bisa diatasi, seperti anak dengan dehidrasi berat."Itu stage ringan. Kalau dia sudah stage yang berat dan merusak ginjal otomatis bisa menetap sampai dia tumbuh dewasa karena jatuhnya mereka harus cuci darah," papar Fitria.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan orang tua jika anak sakit adalah dengan memberikan cairan yang cukup agar anak tetap terhidrasi dengan baik sehingga fungsi ginjalnya tidak terganggu."Itu karena kalau lagi panas, lagi demam itu perlu naik minimal 10 persen dari kebutuhan hariannya dia.
Jadi, cairan menjaga fungsi ginjal pada saat anak sakit, tetap bisa men-support fungsi ginjal dengan baik," tambah Fitria.
Selain itu, jangan memberi obat yang terlalu berlebihan karena batuk atau flu bisa jadi karena debu atau dingin, dan tetap berkonsultasi dengan dokter jika merasa ragu.
"Lebih baik yang ragu-ragu itu dikonsultasikan dulu jangan sampai lebih berat baru ke rumah sakit," tutupnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara resmi memberitahukan, adanya informasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai obat sirup untuk anak yang terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol di Gambia, Afrika.
Sirup obat untuk anak yang disebutkan dalam informasi dari WHO, terdiri dari Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Pemerintah Gambia sebelumnya telah melaporkan kematian puluhan anak dalam beberapa bulan terakhir.(Fin/Mg1)