MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Fenomena perpindahan kader partai ke partai lain jelang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 bak seperti bursa transfer pemain sepak bola.
Tahun 2022 ini saja, sejumlah politikus berpindah partai. Mereka beralasan tak mendapat posisi bagus di partai asalnya. Ada pula yang berpindah partai karena gagal melaju ke parlemen melalui partai sebelumnya.
Sebut saja Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Gagal terpilih sebagai Ketua Demokrat Sulsel, mantan Wali Kota Makassar dua periode itu memutuskan hijrah ke Golkar.
Kemudian ada nama Dedy Palimbong. Wakil Bupati Toraja Utara itu memutuskan bergabung dengan Partai Gerindra dan meninggalkan Partai Golkar. Selanjutnya ada mantan Bupati Takalar, Burhanuddin Baharuddin. Ia memutuskan meninggalkan Partai Golkar dan berlabuh ke PPP.
Terbaru, dua eks politisi Partai Gerindra yaitu, Misriani Ilyas Anggota DPRD Provinsi terpilih 2019, namun gagal lantik akibat putusan partainya sendiri.
Eks Politisi Gerindra lainnya yaitu, Yusran Sofyan pernah menjabat Wakil Ketua DPRD Provinsi periode 2014-2019. Namun gagal terpilih pada Pileg 2019-2024. Keduanya baru-baru ini memutuskan bergabung dengan PPP.
Politisi lainnya yang memutuskan pindah parpol jelang Pemilu 2024 diantaranya Ruslan Mahmud dari Perindo ke Partai Golkar, Fadly Noor dari PSI ke Golkar, Affandy Agusman dari Hanura ke PSI, serta Imbar Ismail dari Hanura ke PSI.
Manajer strategi dan operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam mengatakan, migrasi politik yang dilakukan oleh figur-figur parpol tertentu adalah suatu dinamika yang umum terjadi.