MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Indonesia berpeluang menjadi produsen mobil listrik terbesar dunia. Negeri ini punya cadangan nikel terbesar dunia. Kontribusinya mencapai lebih dari 25 persen cadangan nikel dunia. Karenanya, hilirisasi industri nikel jadi keniscayaan yang harus dijadikan prioritas utama.
Presiden Direktur PT Citra Lampia Mandiri (CLM) Helmut Hermawan, menyebutkan ada banyak daerah di Indonesia yang punya deposit nikel cukup besar. Di antaranya Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Beberapa daerah lain yang juga ditambang nikelnya yaitu di Morowali (Sulawesi Tengah), Konawe dan Kolaka (Sulawesi Tenggara), Halmahera Timur (Maluku Utara), dan Pulau Gag (Papua Barat).
"Sebagai perusahaan petambang nikel, Citra Lampia menambang nikel di kecamatan Malili, Luwu Timur, Sulsel. Alhamdulillah, hasilnya dari waktu ke waktu terus meningkat. Pada awal operasi, produksi sekitar 20.000 ton/bulan. Kini sudah lebih dari 200.000 ton/bulan," ujar Helmut.
Dia menambahkan, dalam waktu dekat, Citra Lampia juga akan masuk ke hilirisasi nikel. Ini bisa jadi bagian dari upaya menyukseskan program pemerintah memproduksi mobil listrik.
"Pabrik smelter itu juga untuk memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar pabrik, termasuk mendorong tumbuhnya kontraktor lokal. Dengan begitu masyarakat bisa mengambil manfaat secara maksimal dari keberadaan Citra Lampia," ungkap Helmut.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan Indonesia sukses menjalankan hilirisasi nikel. Langkah itu menghasilkan nilai tambah yang signifikan. Akibatnya, pendapatan negara dari ekspor nikel melonjak hingga 2.300%. Pada 2019, nilai ekspor biji nikel Rp15 triliun. Namun angkanya melesat jadi Rp360 triliun pada tahun silam.
Komitmen Indonesia dalam hilirisasi nikel memang bisa disebut sangat serius. Dengan sumber daya nikel terbesar di dunia, Indonesia bahkan dinilai bisa menjadi 'raja baterai listrik di dunia'. Tentu saja, hal ini bisa diwujudkan saat industri nikel bisa dimanfaatkan dari hulu sampai ke hilir.
Sehubungan dengan itu, Helmut mengatakan, nikel memang nyaris tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Selain untuk kebutuhan batere mobil listrik, nikel juga dipakai industri otomotif secara umum. Banyak komponen kendaraan yang membutuhkan nikel.
"Industri perlengkapan elektronik dan konstruksi bangunan juga menyerap banyak nikel. Ini benar-benar jadi kesempatan sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk bisa memanfaatkan secara maksimal. Salah satunya, dengan menggalakkan hilirisasi nikel menjadi barang setengah jadi, agar nilai tambahnya yang berlipat bisa kita nikmati," papar Helmut. (*)