Ia berkata, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah semata namun dapat menjadi sumber perputaran uang yang dapat mencetak uang tanpa melibatkan bisnis dan sosial, namun dapat bermanfaat untuk sosial.
Rusdi menggambarkan perputaran uang yang terjadi di Sulawesi Selatan. Kata dia, perputaran uang yang ada di Makassar, sekitar Rp95 triliun per tahun, Bone itu mencapai mencapai Rp17 trilliun per tahun, Luwu Timur Rp14 triliun per tahun.
"Hal yang perlu diperhatikan adalah perputaran uang ini apakah berputar pada rekening orang-orang yang peduli terhadap ummat, atau sebaliknya berputar pada orang yang tidak peduli dengan ummat," ungkapnya.
Dalam podcast ini, Rusdi juga membeberkan fenomena sosial di Indonesia. Ia menyampaikan respon sosial masyarakat Indonesia yang cukup responsif terhadap perubahan, mesti menempatkan responsibiliti terhadap perubahan yang dapat menciptakan kemandirian bangsa dalam pemenuhan kebutuhannya secara menyeluruh.
Rangkaian harapanpun ia narasikan untuk pemerintah terkait konsistensi terhadap penangan ekonomi keummatan yang selama ini dilakukan. "Mengingat konsisten merupakan hal yang sangat sulit untuk dipertahankan, dengan perhatian terhadap pelaku ekonomi mikro yang mayoritas muslim, ketidakkonsistenan merupakan hal yang dapat menjadi kebingungan dalam pemanfaatan anggaran ekonomi, dan pengelolaan ekonomi," pungkasnya. (Abu/B)
